Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Loloskan UU yang Setarakan Islam dengan Sosialisme

China mengesahkan undang-undang baru dengan menjadikan agama Islam setara (compatible) dengan sosialisme.
Pelajar dari etnis Uighur di Xinjiang Islamic Institute di Urumqi, ibu kota wilayah otonomi Xinjiang, China./Reuters-Ben Blanchard
Pelajar dari etnis Uighur di Xinjiang Islamic Institute di Urumqi, ibu kota wilayah otonomi Xinjiang, China./Reuters-Ben Blanchard

Bisnis.com, JAKARTA – China mengesahkan undang-undang baru dengan menjadikan agama Islam setara (compatible) dengan sosialisme.

Produk legislasi tersebut akan memandu praktik menjalankan agama pada saat pemerintah mengambil tindakan keras terhadap simbol dan penganut Islam.

Surat kabar berbahasa Inggris terkemuka di China, Global Times, melaporkan pada edisi Sabtu (5/1/2019) bahwa setelah pertemuan dengan perwakilan dari delapan asosiasi Islam, pejabat pemerintah "setuju untuk membimbing Islam agar kompatibel dengan sosialisme dan menerapkan langkah-langkah untuk mengatur agama”.

Akan tetapi, surat kabar itu tidak memberikan perincian lebih lanjut atau nama-nama asosiasi yang menyetujui keputusan tersebut sebagaimana dikutip Aljazeera.com pada Minggu (6/1/2019).

China telah memulai gerakan “Chinaisasi" yang agresif dalam beberapa tahun terakhir atas kelompok-kelompok agama yang sebagian besar ditoleransi pada masa lalu. Kebebasan beragama di China berkurang di bawah Presiden Xi Jinping, yang dianggap sebagai pemimpin China terkuat sejak Mao Zedong.

Mempraktikkan Islam dilarang di beberapa bagian negara China. Ada penangkapan mereka yang salat, berpuasa, menumbuhkan jenggot, atau mengenakan jilbab. Sebagian mereka yang mengenakan jilbab menghadapi ancaman penangkapan.

Menurut data PBB, lebih dari 1 juta muslim etnis Uighur diperkirakan ditahan di kamp-kamp dan mereka dipaksa untuk mencela agama dan berjanji setia kepada Partai Komunis yang berkuasa.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh China terlibat dalam gerakan pembersihan etnis. Pada Agustus, editorial Washington Post mengatakan dunia "tidak bisa mengabaikan" gerakan melawan Muslim.

Simbol bulan sabit telah dilucuti dari masjid, sekolah agama dan kelas bahasa Arab telah dilarang, serta anak-anak dilarang untuk berpartisipasi dalam kegiatan agama Islam.

Pemerintah China menolak kritik tersebut, dengan mengatakan langkah itu melindungi agama dan budaya minoritasnya. Namun, dalam sepekan terakhir saja, pihak berwenang di Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Mynamar, telah menutup tiga masjid yang didirikan oleh minoritas etnis muslim Hui, menurut South China Morning Post.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper