Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Rencana Kim Jong-un untuk Korut di Tahun 2019?

Dari seorang diktator yang punya hobi mengembangkan nuklir, Kim Jong-un bertransformasi menjadi negarawan mendunia yang telah banyak melakukan pembicaraan antar negara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggunakan pesawat Ilyushin 62M meunuju Singapura/Istimewa
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggunakan pesawat Ilyushin 62M meunuju Singapura/Istimewa

Kabar24.com, JAKARTA – Khalayak internasional dikagetkan dengan perubahan citra yang diperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada tahun 2018.

Betapa tidak, dari seorang diktator yang punya hobi mengembangkan nuklir, Kim Jong-un bertransformasi menjadi negarawan mendunia yang telah banyak melakukan pembicaraan antar negara. Apa kira-kira yang bakal direncanakannya untuk 2019?

Sejumlah Analis meyakini bahwa petunjuk penting terkait hal ini akan muncul dalam pidato Tahun Baru 2019 yang akan disampaikan langsung oleh Kim Jong-un pada Selasa (1/1/2019) waktu setempat.

Para ahli akan mencermati kalimatnya sehubungan pertemuan tingkat tinggi (KTT) kedua dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atau apa pun tentang program senjata nuklir Pyongyang. Kim juga bisa mengungkapkan keputusan penting tentang kebijakan ekonomi dan hubungan Korut-Korsel.

Menandai dorongan diplomatik barunya, pada Minggu (30/12/2018), Kim dikabarkan telah mengirimkan surat kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Di dalam surat itu, Kim mengutarakan penyesalannya karena tidak dapat mengunjungi Seoul pada 2018. Namun ia menyambungnya dengan menyatakan keinginan yang kuat untuk bertandang ke ibu kota Korea Selatan di masa mendatang.

Hanya sedikit pihak yang memperkirakan Kim Jong-un akan menyampaikan hal yang dramatis dalam pidato Tahun Baru 2019 nanti. Kebanyakan tidak melihat Kim akan mengambil risiko atas kedudukannya dalam pidato yang sebagian besar ditujukan untuk audiens domestik.

Pencapaian diplomatik Korea Utara pada 2018 mungkin tidak akan terpikirkan satu tahun sebelumnya. Menjelang pidato Tahun Baru 2018 oleh Kim, Pyongyang telah menguji coba rudal jarak jauhnya yang paling canggih dan bom nuklirnya yang paling kuat, setelah berbulan-bulan melakukan uji coba senjata serupa dan mengguncang tensi antara Korea Utara dan AS.

Mungkin hanya segelintir yang meramalkan bahwa pada tahun berikutnya, Kim akan bergandengan erat dengan Presiden Korsel Moon Jae-in, keluar dari Korut untuk pertama kalinya sejak mengambil alih kekuasaan pada 2011, dan menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang duduk bertatap muka dengan seorang Presiden AS.

Perubahan dramatis itu dimulai dengan pidato Tahun Baru 2018 yang terdengar berbeda. Kim berbicara dengan hangat tentang pentingnya hubungan antara dua Korea dan berharap hal baik ketika Korea Selatan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang.

“Itu adalah dokumen penting, kritis, dan sentral dalam hal memahami rencana permainan dan niat Korea Utara,” ujar Evans Revere, mantan asisten menteri luar negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, seperti dilansir CNN.

“Saya belum pernah melihat rencana permainan yang dibuat lebih transparan daripada yang terjabarkan dalam pidato itu,” tambah Revere.

Persenjataan Nuklir

Pidato Tahun Baru yang disampaikan Kim dua tahun sebelumnya diawali dengan mengungkapkan keputusan kebijakan utama dan mengeluarkan petunjuk retorika tentang apa yang harus diharapkan oleh seluruh dunia dari negaranya pada tahun baru yang akan datang.

Dalam pidato Tahun Baru 2017, Kim mengutarakan bahwa negaranya hampir menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Tak main-main, Pyongyang menindaklanjuti perkataan Kim dengan menguji coba tiga ICBM pada tahun tersebut.

Tahun baru berikutnya pada 2018 dibuka oleh Kim dengan menawarkan untuk mengirimkan delegasi olahraga ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang.

Ia juga berjanji untuk memproduksi senjata nuklir dan rudal balistik secara massal dan memperingatkan pemerintah AS bahwa tombol peluncuran nuklir di mejanya siap ditekan kapan saja ia mau.

Laporan terbaru dari analis intelijen tampaknya mengonfirmasi bahwa Korea Utara belum benar-benar menghentikan pengembangan program persenjataamnya, terlepas dari janji Kim untuk tidak lagi menguji coba rudal atau pun bom nuklir.

Para kritikus menuding pemerintahan Trump gagal membuat Pyongyang menandatangani sesuatu yang spesifik terkait denuklirisasi ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya di Singapura pada 12 Juni 2018.

Korea Utara belum tampak menyepakati timeline penyerahan senjata nuklir dan misil balistiknya, juga belum berkomitmen untuk mendeklarasikan fasilitas persenjataan dan senjata utamanya. Padahal, menurut sejumlah pakar, langkah-langkah ini sangat penting dalam setiap pembicaraan perlucutan senjata.

Oleh karenanya, para ahli dipastikan akan mencermati setiap kata tentang program nuklir dalam pidato Kim Jong-un nanti, terutama jika terkait dengan isi pidato Tahun Baru 2018.

Saat itu, Kim menyatakan bahwa "tidak ada kekuatan dan tidak ada" yang bisa membalikkan pencapaian yang telah dibuat negaranya dalam hal pengembangan senjata nuklir.

“Dia mengatakan itu Januari ini [2018], tetapi dia telah terlibat dalam proses diplomatik dengan AS," kata Duyeon Kim, seorang asisten di Center for New American Security.

“Akan menarik untuk melihat bagaimana negosiasi Pyongyang mengarah karena Kim Jong-un tahun ini mengklaim bahwa tidak ada yang bisa membalikkan kemampuan nuklir mereka.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper