Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBB Sambut Pemindahan Pasukan Houthi

PBB menyambut pemindahan pasukan Houthi dari kota pelabuhan Hudaidah, Yaman.
Warga mengangkat tubuh seorang anak laki-laki yang ditemukan dari reruntuhan rumah yang rusak akibat serangan udara pasukan gabungan di bawah komando Arab Saudi di barat laut Saada, Yaman./Reuters-Naif Rahma
Warga mengangkat tubuh seorang anak laki-laki yang ditemukan dari reruntuhan rumah yang rusak akibat serangan udara pasukan gabungan di bawah komando Arab Saudi di barat laut Saada, Yaman./Reuters-Naif Rahma

Bisnis.com, DUBAI – Perserikatan Bangsa-Bangsa menyambut pemindahan pasukan Houthi dari kota pelabuhan Hudaidah, Yaman, tapi mengatakan bahwa itu seharusnya diuji secara mandiri sesuai dengan perjanjian gencatan senjata Stockholm.

"Tiap pemindahan hanya akan tepercaya jika semua pihak dan PBB dapat memeriksa dan menguji bahwa itu sesuai dengan hasil dari perjanjian Stockholm," kata PBB dalam pernyataan pada Minggu (30/12/2018).

Warga Taiz, yang diporak-porandakan perang dan kota terbesar ketiga di Yaman setelah Sana'a dan Aden, menyampaikan harapan baru-baru ini bahwa kehidupan kembali normal setelah gencatan senjata itu ditandatangani oleh pemerintah dan gerilyawan Houthi.

Wartawan kantor berita Turki Anadolou mengunjungi Distrik Jahmaliyyah di Taiz, yang rusak parah akibat bentrokan belum lama ini di antara kedua pihak berperang di bagian baratdaya Yaman.

Bangunan di berbagai daerah yang dulu dikuasai oleh kelompok teror Da'esh (IS)—bersama dengan sebagian besar prasarana lokal—telah berubah menjadi puing, sementara kebanyakan warga menyelamatkan diri dari daerah itu.

Keperluan dasar termasuk air dan listrik sangat kekurangan, sementara anak-anak tak memiliki akses ke pendidikan.

Rivad Abdullah Abdulhamid, warga Jahmaliyyah, mengatakan ia bersama dengan tujuh anggota keluarganya, telah tinggal di permukiman tersebut sangat lama.

Menurut Abdulhamid, daerah itu dulu stabil—meskipun miskin—sebelum perang. Semua warga, tuturnya, telah memikul beban akibat krisis di Yaman, termasuk kekurangan pangan parah.

"Dengan meletusnya perang, permukiman kami sangat terpengaruh," kata Abdulhamid, "Pasokan listrik dan air terputus, dan akibat ledakan yang dipasang di bawah tanah, sistem saluran dan prasarana kami ambruk."

"Sebagian besar warga terpaksa pergi, sebab permukiman itu telah menjadi ajang pertempuran," ia menambahkan, "Kami pulang pada 2016, setelah Jahmaliyyah dibebaskan (dari gerilyawan Houthi)." Tapi bentrokan kadangkala masih berkecamuk, kata Abdulhamid, sekalipun pasukan pemerintah telah menguasai daerah tersebut.

"Kami menyaksikan 70 pengeboman per hari, yang dilancarkan oleh anggota Houthi dan IS," katanya mengenang.

"Da'esh berusaha memperlihatkan kepada dunia bahwa Jahmaliyyah sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Pada saat itu, anggota Houthi menggunakan kampung kami sebagai markas. Anggota Houthi, yang melepaskan tembakan secara membabi-buta pada satu keadaan, berusaha mengusir anggota Da'esh dari daerah ini," kisahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara/Reuters/Anadolou

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper