Bisnis.com, JAKARTA-- Kemenristekdikti terus berupaya meningkatkan daya saing bangsa Indonesia melalui peningkatan jumlah publikasi ilmiah internasional dan upaya akselerasi produk-produk inovasi karya anak bangsa.
Ini dikemukakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam Seminar Nasional di Universitas Diponegoro, Semarang.
Nasir menargetkan pada 2019 mendatang Indonesia menjadi ‘leader’di ASEAN dalam hal peningkatan jumlah publikasi ilmiah.
Data dari SCOPUS menunjukan publikasi ilmiah internasional Indonesia sebanyak 24.883 jurnal, jauh diatas Singapura 19.767 jurnal dan Thailand 15.018 jurnal.
Angka ini terus meningkat meskipun saat ini publikasi ilmiah di jurnal international masih ditempati Malaysia, namun Menristekdikti optimis dapat mengejar ketertinggalan.
“Jumlah publikasi Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah Malaysia. Namun, kita optimis dapat mengejar ketertinggalan, bahkan bisa menjadi leader di ASEAN dalam hal publikasi,” katanya, Jumat (30/11).
Nasir mengatakan Kemenristekdikti telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mewujudkan hal tersebut.
Langkah-langkah yang ditempuh antara lain dengan meningkatkan anggaran bidang riset agar bisa mendorong lahirnya publikasi yang semakin berkualitas.
Ia menyebutkan dengan perbaikan sistem pada 2017 jumlah publikasi Indonesia mampu melampaui Thailand dan Singapura.
Kemenristekdikti juga memiliki berbagai program untuk pembudayaan kewirausahaan dan peningkatan inovasi, baik di perguruan tinggi maupun di masyarakat yaitu melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).
Program ini merupakan seed funding yang diberikan kepada tenant melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula/tenant sehingga siap untuk menjadi PPBT yang profitable dan sustainable.
"Melalui skema PPBT dan CPPBT, jumlah startup dan calon startup di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Dari awalnya berjumlah 52 startup dan calon startup di tahun 2015 menjadi 956 di tahun 2018. Kita targetkan lebih dari 1000 di tahun 2019,” tuturnya .
Menristekdikti juga memaparkan keberhasilan produk2 inovasi dari Universitas seperti Robot Tangan Bionik dan produk hasil pemanfaatan teknologi plasma di bidang pertanian D’Ozone dari Universitas Diponegoro, Bahan Bakar Api dari Bio Ethanol “Bio Flame Gel” dan Natural Sabun Cair Berbasis Minyak Atsiri dari LPPM Universitas Negeri Semarang, Cincin Penghemat BBM “Magic Racing” dan Sate Siap Saji “Ambal” dari Wirausaha Inovasi Provinsi Jateng, Baterai Lithium sebagai sel baterai lithium ion pertama di Indonesia yang dibuat Universitas Sebelas Maret dan Motor Roda Tiga “Invarunner” dari Solo Technopark.
Disamping itu, dia juga memaparkan keberhasilan produk-produk inovasi, diantaranya Bio Flagel (bahan bakar bio gel) dari LPPM Universitas Negeri Semarang, D’Ozone dari Universitas Diponegoro, yang merupakan produk hasil pemanfaatan teknologi plasma di bidang pertanian.
Nasir mengatakan bahwa Pemerintah mempunyai program beasiswa Bidik Misi bagi anak anak pandai yang mempunyai latar belakang dari keluarga tidak mampu, serta beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik) bagi SDM dari daerah Papua,Papua Barat dan Daerah 3T.
Rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama mengatakan bahwa pihaknya mendukung penuh upaya Kemenristekdikti dalam meningkatkan daya saing bangsa dengan meningkatkan jumlah perusahaan startup di Indonesia yang dikelola oleh Kemenristekdikti dan melesatnya kinerja publikasi ilmiah internasional Indonesia.
Ia berharap kebijakan-kebijakan Kemenristekdikti kedepannya dapat lebih memacu perguruan-perguruan tinggi di daerah untuk lebih maju serta berkontribusi mewujudkan nawacita Pemerintah RI saat ini.