Bisnis.com, JAKARTA – Keluarga korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada akhir bulan lalu mengajukan gugatan terhadap Boeing Co di pengadilan di Chicago, Illinois, AS.
Irianto, ayah mendiang Rio Nanda Pratama, menggugat produsen pesawat terbang asal Negeri Paman Sam itu, Rabu (14/11/2018). Gugatan diajukan di Chicago karena itu adalah kota yang menjadi markas Boeing.
Seperti dilansir Bloomberg, Jumat (16/11), Irianto menyatakan sistem kontrol penerbangan yang baru di pesawat Boeing 737 MAX 8 sebagai penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Lion Air menggunakan seri Boeing ini untuk JT 610.
Juru Bicara Boeing Chaz Bickers menolak untuk berkomentar atas gugatan ini maupun penyelidikan yang dilakukan. Dia hanya mengatakan bahwa perusahaan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memahami segala aspek di insiden ini serta bekerja sama dengan tim penyelidik dan semua otoritas terkait.
“Kami yakin dengan keamanan di 737 MAX,” ucap Bickers.
Penyelidikan yang dilakukan meyakini kerusakan sensor memicu sistem keamanan pesawat yang terkomputerisasi untuk membuat pesawat menukik tajam dan akhirnya jatuh, ketika pilot dan kopilot berupaya mengatasi malafungsi lainnya.
Boeing dan regulator penerbangan AS pun tengah mempertimbangkan untuk menambah perbaikan perangkat lunak di pesawat-pesawat 737 MAX. Pesawat 737 MAX 8 sebelumnya diklaim sebagai salah satu pesawat paling canggih.
Tiga serikat pilot AS pun telah menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai minimnya informasi yang disediakan Boeing mengenai sistem keamanan ini.
Berdasarkan catatan Bisnis, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan alat penunjuk kecepatan pesawat itu sudah bermasalah dalam empat penerbangan terakhirnya.
Pesawat Lion Air JT 610 terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten pada Senin (29/10) pukul 06.20 WIB. Pesawat tersebut seharusnya tiba di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang sejam kemudian.
Namun, sekitar 13 menit setelah lepas landas, pesawat hilang kontak dan jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.
Pesawat tersebut membawa 189 orang yang terdiri atas 181 penumpang dan 8 kru, termasuk mendiang Rio. Hingga kini, baru 92 korban yang berhasil teridentifikasi.