Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden AS Mike Pence akan menggantikan peran Presiden AS Donald Trump dalam beberapa acara internasional pada pekan ini di Asia.
Hal itu pun semakin membuat negara-negara di Asia-Pasifik meragukan komitmen dan konsistensi dari AS yang ingin menyaingi ekspansi pengaruh China di Benua Kuning.
Anthony Nelson, Direktur Praktik Asia Timur dan Pasifik di Albright Stonebridge Group menilai, Pence perlu membuat pengumuman signifikan untuk mengendalikan skeptimisme yang tumbuh terkait komitmen Pemerintahan Trump di Asia.
“Ada kekecewaan atas ketidakhadiran Presiden Trump. Pence bisa saja menyampaikan hal yang tepat. Tapi, tanpa penawaran konkrit, kini sulit untuk tidak mempertimbangkan penilaian semua orang terkait pemikiran Pemerintah [AS],” ujar Nelson, yang juga adalah mantan Direktur Dewan Bisnis AS—Asean, seperti dikutip Bloomberg, Senin (12/11/2018).
Wakil Presiden AS Pence akan mengunjungi Tokyo, Singapura, dan Papua Nugini dengan tujuan meyakinkan para negara mitra terkait kebijakan AS terhadap kawasan Indo-Pasifik.
Adapun absennya Trump dari KTT Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (Asean) dan KTT Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada pekan ini menjadi yang pertama kalinya bagi Presiden AS untuk tidak hadir sejak 2013.
Pada 2013, Barack Obama yang menjadi Presiden AS kala itu berhalangan hadir karena harus menyelesaikan masalah government shutdown di AS. Sementara sejauh ini, masih belum diketahui alasan ketidakhadiran Trump.
Lebih lanjut, selain meyakinkan negara mitra, Pence juga harus mengisi ‘celah’ yang diciptakan oleh Trump. Sejak menjabat, Trump telah menarik diri AS menjauh dari mitranya, yaitu dengan meninggalkan pakta perdagangan bebas (Kemitraan Trans-Pacific/TPP), memberlakukan sejumlah tarif, dan mengeskalasi perang ekonomi dan diplomasi dengan China.
Adapun menurut seorang pejabat AS yang enggan disebutkan identitasnya, Pence memiliki otoritas penuh menggantikan presiden dan berencana mengumumkan beberapa inisiasi baru dalam perjalanannya ke Asia pekan ini.
“[Inisiasi] itu termasuk di tingkat bilateral, trilateral, dan kemungkinan yang lebih besar lagi yang melingkupi ekonomi digital, energi, dan infrastruktur,” ujar sumber tersebut.
Sementara itu, dalam pengumuman perjalanan Pence ke Asia, Juru Bicara Kantor Wapres AS Alyssa Farah membuat acuan yang implisit terkait China.
“Wapres berencana memberikan pesan bahwa otoritarianisme, agresi, dan tindak mengabaikan kemerdekaan negara lain bagi negara manapun di Indo—Pasifik tidak akan ditoleransi oleh AS,” tulis Farah melalui pernyataan.
Kendati demikian, kehadiran Pence dan pertemuan apapun yang nantinya diselenggarakan bersama pejabat China dinilai dapat memuluskan jalan perundingan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan ini.