Bisnis.com, JAKARTA—China dapat mengambil momentum dalam China International Import Expo pekan depan untuk mempercepat realisasi janji membuka perekonomian domestiknya.
Hal itu disampaikan dalam laporan kemudahan bebisnis di China yang disusun oleh Kamar Dagang Eropa (European Chamber of Commerce).
“Defisit reformasi telah membentuk tensi antara China dan mitra dagang utamanya, sebagian karena ekspektasi juga meningkat setelah Presiden Xi Jinping berjanji untuk membuka perekonomiannya ketika berpidato di World Economic Forum tahun lalu,” tulis laporan tersebut, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (2/11/2018).
Adapun Presiden Xi dijadwalkan untuk memberikan kata sambutan dalam China International Import Expo (CIIE) yang akan dimulai pada 5 November 2018 di Shanghai. Dia pun akan menyampaikan pandangan pribadinya terkait even tersebut dan mempromosikan keinginan China untuk membuka perekonomian domestiknya.
Sejauh ini, China telah kian tertekan oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump dan negara lainnya yang ingin Negeri Panda mengurangi surplus perdagangan yang dinikmatinya senilai US$423 miliar.
Adapun Xi telah berjanji bahwa China akan mengimpor sekitar US$24 triliun dari luar negeri dalam satu setengah dekade ke depan.
“Fakta bahwa CIIE akan melanjutkan komitmen untuk membuka perekonomian di level pusat dan lokal, serta pidato Presiden Xi di WEF 2017 dan Boao 2018, artinya pebisnis Eropa memiliki ekspektasi tinggi terhadap even tersebut,” tulis laporan tersebut, yang dirilis pada Jumat (2/11/2018).
Lebih lanjut, saat ini terdapat sekitar 3.000 perusahaan dari sekitar 100 negara yang akan berpartisipasi dalam CIIE, yaitu even yang akan menjadi jembatan terhadap pasar terbesar di dunia berdasarkan jumlah populasinya tersebut
Even tersebut pun bertepatan dengan China yang tengah menghadapi tarif tinggi dari AS, yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global karena resolusinya masih belum terlihat.
Sebelumnya, perusahaan Eropa dan China lewat kamar dagangnya telah secara rutin mengeluhkan hambatan yang diberlakukan China untuk mengakses pasarnya. Padahal, negara-negara di Eropa dan AS telah sangat terbuka dengan pebisnis China yang ingin berpartisipasi dalam pasar di sana
Adapun sebanyak 46% perusahaan Eropa menyampaikan bahwa mereka telah melewati kesempatan berbisnis di China akibat hambatan regulasi dan restriksi akses pasar di sana.