Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi diam-diam merevisi rencana perombakan pemerintah dan ekonominya pada tahun 2020 dengan menurunkan beberapa target karena ambisi Putra Mahkota Mohammed bin Salman menabrak sejumlah realitas dalam pelaksanaannya.
Dilansir Bloomberg, rencana yang diposting secara online tanpa pemberitahuan tersebut tidak memengaruhi reformasi besar terkait fiskal atau energi.
Tetapi revisi tersebut menjadi tanda bahwa bagian dari rencana semula terlalu optimis, dan menggambarkan tantangan di depan Putra Mahkota, yang reputasinya telah ternoda oleh pembunuhan wartawan kritikus kerajaan, Jamal Khashoggi, oleh agen pemerintah di konsulat Saudi di Istanbul.
Program Transformasi Nasional, yang sebelumnya dirilis pada tahun 2016, dirancang untuk merombak ekonomi Arab Saudi dan mempersiapkan ekonomi, menetapkan ratusan target untuk dicapai dalam kurun empat tahun.
Revisi dalam program tersebut mencakup ruang lingkup yang lebih sempit, dengan sebagian besar ekonomi, energi, dan tujuan terkait perumahan dipindahkan ke program lain yang merupakan bagian dari "Visi 2030" pangeran yang lebih luas.
Ketika dikonfirmasi oleh Bloomberg, pihak pemerintah Arab Saudi belum memberikan komentar terkait revisi program ini.
Perempuan dalam Tenaga Kerja
Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja adalah salah satu target utama yang telah dikupas. Sasaran baru dalam transformasi kebijakan ini menargetkan partisipasi wanita mencapai 24% dari angkatan kerja pada tahun 2020, turun dari tujuan awal sebesar 28 persen.
Angka tersebut masih lebih tinggi dari pencapaian sekitar 21% tahun lalu. Tujuan yang kurang ambisius juga ditetapkan untuk melatih pegawai pemerintah, dan beberapa indikator yang dirancang untuk meningkatkan layanan kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup.
"Ada beberapa pematangan di seluruh sektor pemerintah dalam hal kemampuan menetapkan target jangka menengah yang lebih realistis," kata Steffen Hertog, analis negara Teluk dan profesor di London School of Economics and Politics.
Beberapa target tidak berubah, sementara beberapa target baru telah ditambahkan, termasuk meningkatkan peringkat kerajaan pada Indeks Persepsi Korupsi Transparency International, meningkatkan pangsa ekonomi sektor ritel, dan peningkatan jumlah penyandang disabilitas dalam angkatan kerja.
Program Transformasi Nasional ini adalah prakarsa pertama yang dirilis di bawah “Visi 2030” Pangeran Mohammed ketika kerajaan bergulat dengan pelemahan harga minyak. Program ini masih menjadi bagian penting dari agenda pangeran berusia 33 tahun, yang menghadapi tantangan besar ketika ekonomi berjuang untuk mendapatkan kembali momentumnya.
Pembunuhan Khashoggi telah menambah rintangan baru karena menyebabkan goyahnya aliansi dengan negara lain dan berkurangnya kepercayaan investor asing.
Pemerintah Saudi telah mundur pada beberapa reformasi yang tidak populer selama dua tahun terakhir. Pemerintah juga menetapkan proyeksi yang kurang menantang untuk menurunkan pengangguran ketika sektor swasta sedang bergejolak.
Ini adalah hal wajar apabila pemerintah Saudi merevisi rencana mereka saat sedang dilaksanakan dan kesalahan atau risiko ditemukan, kata Hesham Alghannam, seorang rekan senior di Pusat Penelitian dan Studi Islam Raja Faisal di Riyadh.