Bisnis.com, JAKARTA - Dinas Rahasia Amerika Serikat mengatakan telah menggagalkan pengiriman paket-paket yang diduga berisi bom berdaya ledak rendah ke rumah mantan Presiden Barack Obama dan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.
Perangkat itu ditemukan oleh tim teknisi yang memeriksa surat dan paket dengan tujuan kepada para mantan pejabat Amerika Serikat.
Menurut Dinas Rahasia Amerika Serikat, paket yang ditujukan kepada Nyonya Clinton ditemukan pada Selasa malam waktu setempat.
"Pada tanggal 24, 2018 pagi ini, paket kedua yang dialamatkan ke kediaman mantan Presiden Barack Obama ditemukan oleh pegawai Dinas Rahasia di Washington, DC," menurut pernyataan Dinas Rahasia Amerika Serikat sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (25/10/2018).
"Kedua paket tersebut digagalkan sebelum sampai ke alamat tujuan. Para penerima tidak sampai menerima paket tersebut dan mereka tidak berisiko menerima paket itu."
Presiden Trump mengecam mereka yang memilih jalan kekerasan dengan mengatakan aksi seperti itu tidak mempunyai tempat di Amerika Serikat.
Baca Juga
"Di saat-saat seperti ini kita perlu bersatu. Kita perlu bersatu padu dan mengirim pesan sangat jelas bahwa semua jenis ancaman atau aksi kekerasan politik tidak mempunyai tempat di Amerika Serikat," ujarnya.
Dikatakan Biro Penyelidik Federal (FBI) telah menyampaikan briefing kepadanya dan sekarang tengah dilakukan penyelidikan skala besar.
"Keselamatan rakyat Amerika adalah prioritas saya yang paling tinggi dan paling mutlak," katanya.
Politikus Liberal
Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengkritik hal yang disebut "retorika terlalu panas" yang mendorong orang ke jalan kekerasan merujuk pada pernyataan Presiden Trump.
Paket-paket serupa juga dikirimkan ke sejumlah politikus liberal dan mantan pejabat, selain juga ke kantor televisi CNN yang sempat dievakuasi pada Rabu (24/10/2018).
Di antara mantan pejabat yang juga dikirimi paket yang diduga berisi bom adalah mantan Direktur CIA John Brennan. Paket-paket mencurigakan lainnya dikirim ke politikus Demokrat, Maxine Waters dan mantan Jaksa Agung Eric Holder. Paket-paket itu sedang diselidiki pihak berwenang.
Upaya penyerangan terjadi dua hari setelah bom pipa ditemukan di kotak pos kediaman pengusaha kaya dan filantropis George Soros, yang dikritik oleh kelompok-kelompok sayap kanan karena mendukung agenda liberal. Peristiwa ini terjadi dua minggu sebelum pemilu sela di Amerika Serikat.