Bisnis.com, DENPASAR—Badan Ekonomi Kreatif Indonesia atau Bekraf mempersembahkan pergelaran epos I La Galigo di ajang Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group.
Wakil Ketua Bekraf Ricky Joseph Pesik mengatakan pementasan ini menerjemahkan keinginan Presiden Jokowi agar menghadirkan keragaman seni budaya Indonesia pada momen pertemuan internasional tersebut.
“Selain mendukung pameran seni rupa kontemporer Art Bali, kami memilih I La Galigo yang sangat layak untuk ditampilkan di depan khalayak IMF-Wolrd Bank,” katanya, Selasa (2/10/2018).
Menurut Ricky epos I La Galigo yang mengisahkan kepahlawanan Sawerigading ini memiliki kriteria yang tinggi sebagai tontonan berkualitas dan pernah ditampilklan keliling dunia.
Ia menyebut I La Galigo pertama kali dipanggungkan pada 2004 di Esplanade, Singapura, kemudian dipentaskan di Broadway, distrik teater di Kota New York. Selain itu pernah pula roadshow di Benua Eropa dan Australia serta dipentaskan di Jakarta dan Makassar.
“Tidak banyak pementasan tentang Indonesia sekelas Brodway seperti pernah dijalani I La Galigo. Denger nama sutradaranya aja, Robert Wilson, orang sudah pengin nonton,” kata Ricky.
I La Galigo merupakan naskah kuno yang terdiri 360 ribu bait dengan lima pasang kalimat pada setiap baitnya, sehingga disebuat karya sastra terpanjang di dunia.
Ricky mengatakan I La Galigo sangat tepat disajikan untuk wisatawan yang bermalam di kawasan The Nusa Dua.
Kata dia selain menonton I La Galigo delegasi IMF-World Bank bisa pula menyaksikan pameran seni rupa kontemporer Art Bali dan menyaksikan pameran produk lainnya.
Panggung untuk I La Galigo dibangun secara khusus di Pulau Peninsula, kawasan The Nusa Dua yang dilengkapi tata cahaya dan suara tercanggih.
Kawasan The Nusa Dua yang dikelola perusahaan BUMN PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) memiliki berbagai fasilitas untuk wisata meeting, incentive, conference, exhibition (MICE).