Bisnis.com, BEIJING/JENEWA – China sedang mempersiapkan serangan balik untuk para kritikus yang melawan kebijakan mereka, kaum muslim yang bermukim di Xinjiang, dan menghakimi media asing serta menyebarluaskan opini-opini yang mereka inginkan ke arah positif.
Beijing telah menghadapi protes dari para aktivis, akademisi, pemerintah asing, pakar keadilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas penahanan massal dan pengawasan ketat mayoritas kaum muslim Uighur serta kaum muslim lainnya yang bermukim di Xinjiang.
Amerika Serikat bahkan melihat sanksi yang diberikan Pemerintah China dan perusahaan-perusahaan terkait di sana dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, yang akan diprediksi meningkatkan tensi perang dagang mereka.
China berpendapat bahwa Xinjiang telah menghadapi ancaman serius dari para militan Islam dan kaum separatis serta menolak segala tuduhan penganiayaan di wilayah yang banyak orang terbunuh di beberapa tahun terakhir dalam kerusuhan yang terjadi antara etnis Uighur dan kaum mayoritas etnis Han.
Pemerintah China mengatakan mereka menempatkan beberapa orang untuk menghadapi ekstremisme dan telah melakukan tindakan represif terhadap pihak asing yang menyebarkan informasi yang tidak benar.
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian, dalam tulisan opininya untuk Jakarta Post pekan lalu yang dikutip Reuters, mengatakan “Para kaum agamis dihormati dan dilindungi di sana dari serangan kaum yang menentang mereka.”
Dia menambahkan “Bahwa sangat disayangkan beberapa lembaga dan orang-orang Barat telah menerapkan standar ganda, dengan sengaja memutarbalikan fakta-fakta, berspekulasi telah melakukan cuci otak kepada mereka serta menuduh China telah melakukan tindakan-tindakan preventif terhadap penganut ekstremis muslim yang menyebar luaskan paham radikal.”
Duta Besar China untuk Inggris Liu Xiaoming, seperti ditulis Financial Times dan The Economist yang dikutip Reuters juga sependapat untuk mendukung kebijakan di Xinjiang meskipun, kata para diplomat yang telah menghadiri pertemuan resmi dengan pemerintah, secara personal China masih menutup diri untuk membicarakan Xinjiang dengan para diplomat asing.