Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maduro Tuding Chile, Kolombia, dan Meksiko Terlibat Serangan Drone Terhadapnya

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding Chile, Kolombia, dan Meksiko terlibat dalam serangan drone terhadap dirinya yang terjadi pada bulan lalu.
Nicolas Maduro/Istimewa
Nicolas Maduro/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding Chile, Kolombia, dan Meksiko terlibat dalam serangan drone terhadap dirinya yang terjadi pada bulan lalu.
 
Melalui siaran di televisi, Maduro menampilkan video seorang pria muda dari Venezuela bernama Henryberth Rivas, yang mengaku berpartisipasi dalam serangan drone tersebut. Dia mengklaim diinstruksikan untuk mencari perlindungan di Kedutaan Besar (Kedubes) Chile di Caracas setelah serangan itu dilakukan.
 
Instruksi tersebut disampaikan oleh orang lain yang juga terlibat dalam serangan ini. Dari Kedubes Chile, Rivas menyatakan dirinya akan diselundupkan ke Kedubes Meksiko, lalu ke Kedubes Kolombia, sebelum akhirnya dibawa ke perbatasan dengan Kolombia.
 
Tetapi, rencana itu gagal karena Kedubes Chile tutup. Rivas pun ditangkap aparat berwajib.
 
"Hari ini, saya bisa mengatakan bahwa kami memiliki bukti meyakinkan atas keterlibatan diplomat Chile, Kolombia, dan Meksiko dalam melindungi orang-orang yang melakukan aksi terorisme," papar Maduro seperti dilansir Reuters, Selasa (25/9/2018).
 
Tuduhan itu dibantah keras oleh ketiga negara tersebut.
 
"Chile menolak tuduhan semena-mena dari Pemerintah Venezuela yang tidak memiliki kredibilitas untuk mengalihkan perhatian dari situasi kemanusiaan serius yang sedang terjadi di negara itu," tegas Menteri Luar Negeri Chile Roberto Ampuero.
 
Serangan terhadap Maduro terjadi pada awal Agustus 2018. Ketika itu, dia sedang menyampaikan pidato dalam acara militer di Caracas.
 
Drone yang menyerangnya membawa bom, tapi Maduro berhasil selamat dan tidak terluka. Namun, tujuh orang tentara pengawal nasional terluka.
 
Venezuela sedang menghadapi krisis ekonomi di dalam negeri, dengan hiperinflasi yang diperkirakan menyentuh 1.000.000% pada tahun ini. Situasi yang tidak pasti membuat banyak warga negara Amerika Selatan itu bermigrasi ke sejumlah negara tetangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper