Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Venezuela membantah ada gelombang eksodus besar-besaran dari negara itu seperti yang disampaikan oleh pihak lain.
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez mengatakan opini tersebut diangkat untuk membesar-besarkan masalah dan membenarkan intervensi asing.
"Ada upaya untuk mengubah situasi normal terkait jumlah keluarnya warga Venezuela menjadi sebuah krisis kemanusiaan untuk membenarkan intervensi internasional di sini. Kami tidak akan membiarkannya," tegasnya seperti dilansir Reuters, Selasa (4/9/2018).
Rodriguez juga mengkritisi lembaga-lembaga internasional yang mengutip data dari negara lain tapi tidak menyertakan data dari Pemerintah Venezuela.
Lembaga PBB yang mengurusi pengungsi dan migran telah menyampaikan bahwa ada 2,3 juta warga Venezuela yang sekarang tinggal di luar negeri. Selain itu, lebih dari 1,6 juta orang sudah meninggalkan negara tersebut sejak 2015.
Menurut lembaga itu, kondisi ini mendekati momen krisis seperti yang terjadi di Mediterania.
Venezuela tengah mengalami krisis ekonomi yang cukup parah dan situasi politik yang tidak sepenuhnya stabil. IMF memperkirakan tingkat inflasinya bisa menembus 1.000.000% tahun ini.
Selain itu, belum lama ini, Presiden Nicolas Maduro mendapat serangan dari drone ketika sedang menghadiri sebuah acara terbuka. Dia menyatakan unjuk rasa dari pihak oposisi dan sanksi ekonomi AS telah membantu menjatuhkan Venezuela.
Maduro mempersilakan warga negara tersebut yang ingin mencoba peruntungan di negara lain tapi mengklaim banyak yang sekarang berpikir untuk kembali.
"Lebih dari 90% menyesalkan keputusan mereka, tidak lebih dari 600.000 orang yang sudah meninggalkan negara ini dalam 2 tahun terakhir, berdasarkan angka yang telah dikonfirmasi," sebutnya.
Negara tetangga seperti Kolombia, Peru, dan Ekuador menjadi tujuan utama sebagian besar warga Venezuela. Perwakilan dari otoritas imigrasi sejumlah negara Amerika Selatan sedang bertemu di Quito, Ekuador untuk membahas masalah ini.