Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turki Beri Sinyal Tak Akan Mengalah dalam Perselisihan dengan AS

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal mengalah di dalam perselisihan dengan AS, yang dapat menggiring Turki menuju krisis keuangan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal mengalah di dalam perselisihan dengan AS, yang dapat menggiring Turki menuju krisis keuangan.

"Saya mengimbau kepada AS, ini memalukan. AS menjual hubungan kemitraan NATO kita untuk seorang pastor," kata Erdogan,seperti dikutip Bloomberg, Minggu (12/8/2018).

Erdogan mengacu kepada sanksi yang diberikan AS kepada dua orang menteri Turki pekan lalu. Sanksi itu diberikan karena otoritas Turki menangkap dan menolak membebaskan pastor asal AS yang diduga sebagai mata-mata.

"Kalian [AS] tidak bisa menjinakkan masyarakat kami dengan ancaman," ujarnya di dalam pidato yang disampaikan di Laut Hitam di Ordu.

Anjloknya nilai tukar lira pada penutupan pasar pekan lalu telah mengguncang pasar global karena tensi diplomatik tersebut terjadi di antara sesama mitra NATO. Lira telah melemah hingga 17% di hadapan dolar AS, yang membawa kekhawatiran bahwa guncangannya akan berdampak ke Eropa dan sejauh-jauhnya ke pasar negara berkembang.

Seiring dengan investor mempersiapkan diri untuk perdagangan pada awal pekan ini, semua perhatian kini tertuju kepada pernyataan Erdogan. Berdasarkan kantor berita milik pemerintah Turki, Anadolu Agency, Erdogan dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pascaterpilihnya dia sebagai Presiden Turki di Trabzon pada Minggu (12/8/2018).

Sementara itu, isu yang lebih penting lagi bagi para pembuat kebijakan Turki adalah mengenai sistem keuangan, terkait kejutan nilai tukar dan suku bunga.

"Ini adalah buku krisis keuangan yang berubah menjadi krisis utang dan likuiditas karena kesalahan kebijakan," kata Win Thin, strategis di Brown Brothers Harriman&Co. di New York.

Dia menjelaskan, apapun situasi yang akan terjadi, pasar perlu bersiap dengan kemungkinan terburuk di dalam ekonomi, seperti bangkrutnya korporasi, meningkatnya utang valas, dan gagalnya perbankan.       


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper