Bisnis.com, JAKARTA – Gempa yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, merusakkan 539 sekolah, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 9 Agustus 2018.
Sekolah rusak tersebut tersebar di Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Mataram, dan Sumbawa. Dengan kerusakan ruang kelas terparah (kategori berat) berada di wilayah Lombok Utara sebanyak 654 ruang kelas.
Kerusakan terbanyak dialami satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar. Sebanyak 282 sekolah dasar (SD) dan 92 sekolah menengah pertama (SMP) terdampak gempa.
Untuk pendidikan menengah, terdapat 48 sekolah menengah atas (SMA) dan 42 sekolah menengah kejuruan (SMK) rusak. Enam sekolah luar biasa (SLB) dan 69 pendidikan anak usia dini (PAUD) juga rusak.
Catatan mengenaskan lainnya, 14 orang siswa meninggal dunia, 56 orang siswa mengalami luka fisik tingkat sedang sampai berat, serta 19 orang harus menjalani dirawat inap.
Tercatat 3.639 siswa dan guru mengungsi dan kegiatan belajar terganggu karena rusaknya fasilitas pendidikan dan terganggunya kondisi psikologis siswa dan pendidik.
Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) telah mendirikan Pos Pendidikan Gempa Lombok di SMP Negeri 1 Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.
Sampai saat ini, pos pendidikan menyalurkan 63 paket sekolah, 60 paket rekreasi, 10 paket alat permainan edukatif (APE) untuk PAUD, paket buku cerita dan Alquran, serta 1.000 paket seragam sekolah. Pos itu dikoordinasikan oleh Minhajul Ngabidin, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) NTB.
"Sebanyak 22 ruang kelas tenda telah terpasang di Lombok Utara dan Lombok Timur. Sisanya segera dipasang. Sampai saat ini terdapat 61 tenda yang disiapkan untuk menjadi tempat belajar sementara dan 18 tenda sudah siap didirikan," ungkap Minhajul dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis pada Jumat (10/8/2018).
Dia menjelaskan pula bahwa saat ini fokus pos pendidikan pada penanganan psikososial anak, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan, pendirian ruang kelas tenda (kelas sementara), serta kampanye kembali belajar di sekolah.
Pos tersebut juga mendistribusikan berbagai bantuan untuk pemenuhan layanan dasar para korban terdampak gempa juga melakukan pengkajian kerusakan dan kebutuhan penanganan pascabencana.
Kemendikbud juga bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya penanganan pascabencana, khususnya psikososial di antaranya Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Wahana Visi Indonesia, Plan International, Dompet Dhuafa, dan Kompak. Tim juga didukung Guru Garis Depan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hamzanwadi.