Menunggu Keajaiban
Nama AHY, putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), belum sepenuhnya didukung oleh PAN, apalagi PKS. Maklum, PKS tak henti-hentinya “menjual” para petinggi partainya termasuk Salim Segaf Aljufri yang berada diurutan puncak Itjima Ulama.
Artinya, dengan menghitung ketiga faktor tersebut, Prabowo meski putar otak agar ada satu nama yang mendapat dukungan dari seluruh partai pendukung.
Apalagi, PAN hampir tidak mungkin berubah haluan, sehingga beralih mendukung Jokowi karena ada pendiri partai, Amien Rais yang sejak awal secara tegas berseberangan dengan sang petahana.
Demikian juga dengan PKS yang sebagian besar saat mengusung calon kepala daerah pada Pilkada 2018 berseberangan dengan PDIP sebagai partai utama pendukung Presiden Jokowi.
Lalu, mungkinkah ada satu “keajaiban” sehingga Prabowo tidak jadi mengajukan dirinya sebagai calon presiden setelah melihat kerumitan itu?
Tentu tidak ada yang tidak mungkin dalam politik mengingat politik punya logikanya sendiri, yakni bersatunya kepentingan.
Hanya saja, pertanyaanya kian rumit ketika ditanya siapa yang akan diserahi amanah oleh Prabowo dan koalisinya sebagai capres, kalau pilihan pendiri Partai Gerindra itu cukup menjadi ‘king maker’ saja.
Waktu terus berjalan hingga pendafaran pasangan capres-cawapres ditutup di KPU. Publik kian penasaran menunggu pasangan capres yang akan maju pada Pilpres 2019.