Bisnis.com, JAKARTA--Institute for Policy Analysis of Conflict menilai terdakwa kasus teror bom di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman alias Oman Rochman tidak pernah menjadi pemimpin tertinggi atau pentolan pada kelompok teroris Jamaah Ansharut Daullah di Indonesia.
Directur IPAC Sidney Jones mengungkapkan bahwa Aman Abdurrahman merupakan pimpinan tertinggi hanya dari sisi ideologi. Namun untuk gerakan teror, Oman Rochman tidak pernah menangani operasi jihad maupun latihan militer untuk anggota JAD di Indonesia.
Menurutnya, saat ini tidak ada sosok yang bisa menggantikan posisi Aman Abdurrahman dari sisi ideologi, namun dari sisi gerakan teror, kelompok tersebut masih memiliki Zainal Anshori yang kini mendekam di Rutan setelah ditangkap Densus 88 Antiteror pada awal tahun lalu.
"Aman Abdurrahman ini tidak pernah menjadi amir operasional. Tetapi memang posisi dia penting, karena dia mungkin pemimpin tertinggi dari sisi ideologi, tetapi dia tidak pernah menangani operasi jihad atau latihan militer," tuturnya kepada Bisnis, Kamis (5/7/2018).
Menurut Sidney, Aman Abdurrahman mulai terisolasi dan tidak bisa berkomunikasi dengan kelompoknya di JAD setelah diringkus Densus 88 pada 2016. Namun menurut Sidney, kendati mendekam di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Aman masih fokus menulis tentang jihad untuk memotivasi jamaahnya di luar tahanan.
"Jadi Aman ini hanya pakai tulisan-tulisan saja untuk bahan pengajian di kelompoknya. Jadi masih belum jelas siapa penggantinya nanti," katanya.
Sidney mengungkapkan beberapa kelompok teroris pro-ISIS yang masih ada di Indonesia di antaranya adalah JAD, Khatibul Iman, Al-Hawariyun, Negara Islam Indonesia (NII) pro-ISIS, Mujahidin Indonesia Timur (MIT), dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB) serta sejumlah kelompok kecil pro-ISIS lain di Indonesia.
Sampai saat ini, menurut Sidney, JAD masih menjadi kelompok teroris terbesar di Indonesia dan pola perekrutannya pun sudah semakin jelas. Sementara itu, kelompok teroris Khatibul Iman yang ada di bawah pimpinan Abu Husna bekas Jamaah Islamiyah (JI) masih memiliki pengikut di wilayah Solo dan Jambi.
Di sisi lain, kelompok teroris Al-Hawariyun yang dipimpin Abu Nusaibah masih menjadi simpul recruitment kelompok teroris di Jambi dan aktif melakukan kontak dengan Nandang yang kini berada di Suriah. Abu Nusaibah sudah ditangkap pada November 2017.
Menurut Sidney, kelompok teroris NII pro-ISIS juga masih memiliki pengaruh cukup kuat di Bandung, Makassar dan Riau. Sedangkan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang kini dipimpin Ali Kalora juga masih aktif dan bisa hidup lagi untuk menebar teror di Indonesia.
"Inilah kesulitan Densus 88 untuk mendeteksi para kelompok teroris ini, karena banyaknya kelompok-kelompok kecil di Indonesia," ujar Sidney.