Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Donald Trump baru-baru ini mengungkapkan bahwa akan melabeli pelaku perusakan dealer Tesla sebagai terorisme domestik.
Hal ini dilakukan menyusul serangkaian protes dan tindakan vandalisme yang mengarah pada properti perusahaan tersebut.
Melansir dari Techcrunch, Rabu (12/3/2025) protes ini muncul sebagai respons terhadap apa yang dianggap sebagai pengambilalihan paksa oleh Musk dan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang baru dibentuk.
Beberapa aksi protes telah berujung pada grafiti di papan nama Tesla, pembakaran stasiun pengisian daya, hingga pelemparan bom molotov ke dealer Tesla.
Melihat hal ini, Trump menyampaikan bahwa dirinya bakal menghentikan adanya perusakan terhadap dealer Tesla dan akan menangkan pelaku yang melalukan hal tersebut.
“Kami akan menangkap siapa pun yang melakukan ini karena mereka merugikan perusahaan Amerika yang hebat,” kata Trump.
Baca Juga
Menurut hukum federal, serangan terhadap properti perusahaan dapat dianggap sebagai terorisme domestik jika tujuannya untuk mengintimidasi warga sipil atau mempengaruhi perilaku pemerintah.
Seiring meningkatnya protes terhadap Tesla, kelompok protes tersebut kini dikenal dengan nama "#TeslaTakedown", yang menyebut diri mereka sebagai gerakan akar rumput terdesentralisasi.
Mereka menegaskan bahwa hak untuk melakukan protes damai adalah bagian dari demokrasi Amerika, meskipun mereka tetap menentang kekerasan dan perusakan properti.
“Kami adalah gerakan protes akar rumput tanpa kekerasan. Kami menentang kekerasan dan perusakan properti. Protes damai di properti publik bukanlah terorisme domestik. Mereka mencoba mengintimidasi kami. Kami tidak akan membiarkan mereka berhasil,” ujar kelompok tersebut.
Namun, risiko muncul terkait bagaimana Trump dan Musk mendefinisikan kekerasan, dan apakah protes damai dapat dikategorikan sebagai kekerasan di masa depan.
Dalam pernyataan sebelumnya, Trump juga mengancam akan mendeportasi mahasiswa internasional yang ikut dalam protes terhadap perang Israel di Gaza.
Hal ini menciptakan ketegangan mengenai potensi tindakan terhadap pengunjuk rasa damai yang menentang kebijakan pemerintah atau perusahaan besar seperti Tesla.
Sementara itu, Musk, yang dikenal dengan kontribusinya dalam kampanye Trump, telah mengawasi PHK besar-besaran di sektor pemerintah, termasuk penghapusan lembaga-lembaga seperti USAID, yang memicu ketidakpuasan dan ketakutan di kalangan publik.
Musk juga telah memperoleh keuntungan besar dari kontrak-kontrak pemerintah, termasuk lebih dari US$20 miliar yang diterima SpaceX dari NASA dan Departemen Pertahanan.
Adapun, protes ini terjadi di tengah penurunan harga saham Tesla, yang jatuh di bawah tingkat tinggi setelah Trump memenangkan pemilihan presiden pada November 2024. Selain itu, penjualan global Tesla juga mengalami penurunan, yang sebagian besar dianggap terkait dengan keterlibatan politik Musk.