Bisnis.com, JAKARTA-- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengungkapkan pemerintah akan merangkul pemangku kepentingan untuk bersama berupaya meningkatkan daya saing perguruan tinggi dalam negeri.
Data World Economic Forum pada tahun 2017-2018 menunjukkan bahwa Global Competitiveness Index atau Daya Saing Indonesia perguruan tinggi saat ini belum berada pada posisi menggembirakan, yakni pada peringkat 36 dari 137 negara.
“Perguruan tinggi merupakan tempat mencetak sumber daya manusia yang kreatif dan mampu berinovasi. Tanpa inovasi dan kreativitas, sulit bagi SDM Indonesia bersaing di era global. Sekarang daya saing kita pada posisi 36, oleh karena itu perguruan tinggi harus mampu berperan sebagai motor penggerak untuk meningkatkan daya saing bangsa,” ungkap Nasir dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (3/7/2018).
Nasir mengungkapkan hal tersebut saat memberikan orasi ilmiah dihadapan sivitas akademika dan alumni Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM) pada peringatan Ulang Tahun Prodi MM FEB UGM ke-30 di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo MM FEB UGM, Yogyakarta (2/7/2018).
Merespons orasi Nasir, Kepala Prodi MM FEB UGM T. Hani Handoko mengungkapkan MM UGM akan terus berkomitmen untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan, serta berinovasi seperti yang dituntut oleh lingkungan bisnis saat ini, terutama menghadapi era disrupsi.
T. Hani Handoko juga mengatakan hal tersebut merupakan tanggung jawab MM FEB UGM sebagai sekolah bisnis pertama di Indonesia yang meraih akreditasi dari lembaga akreditasi sekolah bisnis terkemuka di dunia, The Association To Advance Collegiate Schools of Business (AACSB).
“Ini merupakan tantangan dan peluang bagi MM FEB UGM untuk menciptakan realitas bisnis baru di era yang makin disruptif dan komplek, serta berkontribusi untuk membangun bangsa melalui tradisi kualitas yang kuat dalam menjalankan pendidikan tinggi dan sebagai center of excellent sekolah bisnis di Indonesia,” tukas Hani.