Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden AS Donald Trump menuai kritik keras dari Prancis dan Inggris setelah menyatakan penerapan regulasi pemilikan senjata yang lebih longgar dapat membantu mencegah serangan terorisme di Paris serta London beberapa waktu lalu.
Dalam pidatonya di hadapan National Rifle Association (NRA) pada Jumat (4/5/2018), Trump menirukan penembakan yang terjadi di Paris pada 2015 dan mengatakan peristiwa tersebut akan berakhir berbeda jika warga sipil dibekali senjata.
Dalam pidato yang sama, dia memandang ada kaitan antara aksi kejahatan menggunakan pisau dengan ketiadaan senjata api di publik. Menurut Trump, rumah sakit di London yang dulunya sangat "prestisius" sekarang dibanjiri korban serangan dengan pisau.
Pemerintah Prancis langsung memberikan kritik tajam terhadap Trump sejak dia menjabat sebagai presiden. Prancis menegaskan bangga menjadi negara yang menerapkan aturan ketat terhadap kepemilikan senjata.
"Prancis mengekspresikan ketidaksetujuannya terhadap komentar Presiden Trump mengenai serangan Paris pada 13 November 2015 dan meminta agar para korban dihormati," demikian disampaikan Kementerian Luar Negeri Prancis, seperti dilansir Reuters, Senin (7/5/2018).
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire bahkan mengharapkan Trump menarik kembali kata-katanya dan meminta maaf.
"Komentarnya sangat mengagetkan dan tidak layak keluar dari presiden negara superpower dunia," tegasnya.
Reaksi serupa muncul dari para politisi Prancis lainnya. Mantan Presiden Prancis Francois Hollande, yang menjabat ketika peristiwa itu terjadi, menilai komentar Trump sangat memalukan dan menjijikan.
Pernyataan Trump menuai reaksi senada dari para praktisi medis di Inggris. Bulan lalu, dokter bedah Martin Griffiths menyampaikan kepada BBC bahwa beberapa koleganya menyamakan Royal London Hospital dengan basis militer Inggris di Afganistan.
Aksi kriminalitas dengan menggunakan pisau di ibu kota Inggris itu memang mengalami kenaikan pada awal tahun ini. Namun, dia menekankan Trump mengambil kesimpulan yang salah dari pernyataannya.
"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kekerasan ini, tapi mengusulkan senjata api sebagai bagian dari solusi adalah hal yang bodoh. Luka akibat senjata api setidaknya dua kali lebih berbahaya dibandingkan luka karena pisau dan lebih sulit untuk dirawat," papar dokter bedah Karim Brohi, kolega Griffiths.