Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan potensi terjadinya perang jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
“Kita akan membuka kotak Pandora. Mungkin akan terjadi perang,” kata Macron kepada majalah mingguan Jerman, Der Spiegel, seperti dikutip Reuters. “Saya tidak berpikir Donald Trump menginginkan perang.”
Kesepakatan yang terjalin pada tahun 2015 tersebut berisikan persetujuan Iran untuk membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Namun Trump menggambarkannya sebagai kesepakatan terburuk. Presiden AS ke-45 tersebut mengancam akan membatalkannya serta menjatuhkan sanksi kembali bulan ini apabila sekutunya di Eropa tidak setuju untuk memperbaikinya.
Sebelumnya, delegasi Eropa dikabarkan menyatakan bahwa Inggris, Prancis, dan Jerman hampir rampung merumuskan klausul kesepakatan untuk membujuk Presiden Trump agar tidak keluar dari kesepakatan itu.
Trump berencana memutuskan apakah akan menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 12 Mei. Ia disebut telah memutuskan untuk mundur namun masih belum jelas bagaimana akan melakukannya, menurut dua pejabat Gedung Putih dan sumber Reuters pada 2 Mei.
Trump masih bisa mencari cara untuk bertahan dalam kesepakatan yang dijalin antara Iran dan enam negara kuat yakni Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat itu.
Sementara itu, menjelang berakhirnya tenggat waktu yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump untuk memperbaiki kesepakatan tersebut, Menteri luar negeri Iran pada Kamis (3/5) menyatakan tuntutan AS untuk mengubah kesepakatan nuklir 2015 tidak dapat diterima,
"Iran tidak akan menegosiasikan kembali apa yang telah disepakati bertahun-tahun lalu dan telah dilaksanakan," kata Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dalam pesan video yang diposting di YouTube, seperti dikutip Reuters.
Inggris, Prancis, dan Jerman tetap berkomitmen dengan kesepakatan awal. Namun, dalam upaya untuk menjaga AS tetap pada kesepakatan, ketiga negara akan membuka pembicaraan mengenai program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya setelah 2025 ketika ketentuan utama kesepakatan berakhir, serta peran dalam krisis Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman.
Penasihat senior untuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, juga memperingatkan Eropa mengenai revisi kesepakatan nuklir tersebut.
"Bahkan jika sekutu AS, terutama Eropa, mencoba untuk merevisi kesepakatan ..., salah satu pilihan kami akan menarik diri dari itu," ungkap televisi pemerintah mengutip Ali Akbar Velayati.
Delegasi Eropa telah berusaha membujuk Trump untuk menyelamatkan perjanjian yang dicapai di bawah pemerintahan Barack Obama tersebut. Mereka berpendapat bahwa sangat penting untuk mencegah perlombaan senjata Timur Tengah yang tidak stabil dan bahwa Iran telah mematuhi ketentuan-ketentuannya.