Bisnis.com, JAKARTA - Program Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) inklusi zakat (zakat inclusion) mendapat respon positif dari peserta forum Economic and Social Council (Ecosoc) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Zainulbahar Noor, mengatakan program unggulan inklusi zakat dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah ekonomi dan sosial secara global.
“Kami memperkenalkan zakat inclusion sebagai solusi masalah ekonomi dan sosial global dalam forum Ecosoc,” katanya seusai menjadi pembicara side event Ecosoc di Kantor Pusat PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (24/4/2018).
Menurutnya, dalam forum Ecosos yang berlangsung pada Senin (23/4/2018) disampaikan mengenai zakat inclusion yang merupakan model pertama di dunia dan baru diluncurkan Presiden RI Joko Widodo pada Juni 2017.
Program yang diluncurkan pada bulan suci Ramadan itu, lanjutnya, merupakan format payment of zakat through branchless banking syatem atau agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor Untuk Keuangan Inklusif (Laku Pandai).
“Progam zakat inclusion ini yang bersama Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) New York kami kampanyekan pada Islamic Development Bank (IDB), UNDP dan PBB,” tegasnya.
Dia menjelaskan dirinya pada November 2017 mewakili Ketua Baznas, Bambang Sudibyo, menghadiri forum yang membahas pendanaan untuk Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di New York dan Washington DC, AS.
“Sangat terasa zakat dan Baznas menjadi top of mind di forum tersebut yang mengangkat tema ‘Innovative Financing for SDGS: The Role of Islamic Finance,” ujarnya.
Zainulbahar mengemukakan berdasarkan fakta yang meyakini bahwa dunia semakin menyadari zakat telah mengalami pergeseran dari sekadar isu filantropi ke solusi sosial dan ekonomi.
”Saya menyaksikan dan mendengarkan sendiri bagaimana pejabat-pejabat tinggi PBB dan UNDP menilai pendanàan SDGs tidak ingin terlalu bergantung pada donasi, tetapi melalui pendanaan alternatif.