Bisnis.com, WASHINGTON - Amerika Serikat dan sekutunya menembakkan lebih dari 100 peluru kendali di Suriah pada Jumat (13/4/2018) dalam "satu kali tembakan", yang Pentagon katakan menyusul bukti Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan gas klorin.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dan Jenderal Marinir Joseph Dunford mengatakan, tiga sarana utama senjata kimia dibidik peluru kendali itu pada pukul 21.00 ( Sabtu (14/4/2018 pukul 08.00 WIB) dari laut dan pesawat, yang memicu pertahanan udara Suriah.
Pentagon tidak dapat memastikan jumlah peluru kendali menghantam sasaran mereka, tetapi mengatakan tidak ada rencana serangan lain.
Mattis dan Dunford mengakui serangan tersebut dirancang untuk menurunkan kemampuan senjata kimia Suriah tanpa membunuh warga atau banyak petempur asing dalam perang saudara banyak pihak di Suriah, terutama dari Rusia.
"Kami secara khusus mengidentifikasi target-target ini untuk mengurangi risiko pasukan Rusia terlibat," kata Dunford kepada wartawan, menambahkan militer AS memberitahu Rusia wilayah udara yang akan digunakan dalam serangan, tetapi tidak "memberi tahu sebelumnya pada mereka".
Mattis mengakui bahwa AS melancarkan serangan hanya dengan bukti konklusif bahwa gas klorin digunakan dalam serangan 7 April di Suriah.
Baca Juga
Tuduhan penggunaan klorin oleh Assad sering terjadi dalam konflik Suriah, menimbulkan pertanyaan tentang apakah Washington telah secara efektif menurunkan ambang batas untuk intervensi militer.
Tahun lalu, AS hanya melancarkan serangan di Suriah setelah menentukan bahwa gas sarin yang lebih mematikan telah digunakan. Beberapa media AS mengatakan, Washington meyakini Assad juga menggunakan gas sarin pada 7 April.
Meski begitu, Mattis menyebut bahwa bukti sarin sejauh ini tidak meyakinkan.
"Kami sangat yakin bahwa klorin telah digunakan. Kami tidak mengabaikan gas sarin sekarang," kata Mattis.
Pentagon mengatakan salah satu targetnya adalah pusat penelitian ilmiah yang terletak di daerah Damaskus yang lebih besar, yang disebut sebagai pusat Suriah untuk penelitian, pengembangan, produksi dan pengujian persenjataan kimia dan biologi.
Target kedua adalah fasilitas penyimpanan senjata kimia di wilayah barat Kota Homs.
"Kami memperkirakan bahwa ini adalah lokasi utama dari sarin Suriah dan peralatan produksi terdahulu," kata Dunford.
Target ketiga, yang juga dekat Homs, berisi fasilitas penyimpanan peralatan senjata kimia dan pos komando.
Para pejabat AS mengatakan, tidak ada indikasi sejauh ini bahwa pertahanan udara Suriah menyerang pesawat atau kapal Barat.
Mereka mencirikan serangan tahun ini sebagai serangan lebih berarti ketimbang yang dilancarkan tahun lalu, mengatakan senjata yang digunakan saat ini sejumlah dua kali lipat.
"Serangan kami sangat tepat dan proporsional," kata Mattis, "Tapi pada saat yang sama, itu adalah serangan yang berat." Pada tahun lalu, 59 misil jelajah "Tomahawk" ditembakkan dari kapal perusak peluru kendali "USS Porter" dan "USS Ross," menyerang pangkalan udara Shayrat Suriah.
Target serangan itu termasuk pesawat Suriah, tempat penampungan pesawat, fasilitas penyimpanan minyak dan logistik, bungker pasokan amunisi, sistem pertahanan udara dan radar.
Pada saat itu, Pentagon mengklaim bahwa seperlima dari pesawat operasional Suriah entah telah rusak atau hancur.
Meskipun militer Suriah memindahkan pesawat dan sarana militer lain pada beberapa hari sebelum serangan pada Jumat, Dunford mengatakan tidak percaya militer Suriah memindahkan bahan senjata kimia.