Kabar24.com, JAKARTA - Adik Presiden RI Kedua Soeharto, Probosutedjo, wafat di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo, Senin (26/3/2018).
Di masa mudanya, ia tak pernah bercita-cita menjadi pengusaha. Pria yang lahir di Yogyakarta, 1 Mei 1930 silam adalah seorang pendidik yang kemudian pengalamannya malang melintang di bidang pendidikan malah membawanya ke dunia usaha.
Bermula dari mengumpulkan bahan pelajaran yang telah diberikannya, juga bahan dari guru sejawatnya, Probosutedjo membukukan bahan-bahan tersebut dan dijual kepada murid-muridnya.
''Hasilnya lumayan,'' katanya, seperti dikutip dari buku Apa dan Siapa yang diterbitkan Tempo.
Karena menjadi guru hasilnya tak seberapa, dan dunia usaha sudah mulai dikerlingnya, Probo meninggalkan dunia pendidikan. Ia bekerja di PT Orici, Medan pada tahun 1963.
Probosutedjo kemudian benar-benar menjadi pengusaha dengan mendirikan PT Setia Budi Murni, 1964. Lalu mendirikan PT Embun Emas. Ketika kakak tirinya, Soeharto, menjadi Presiden RI, Probo pindah ke Jakarta.
Baca Juga
Probosutedjo juga mendirikan PT Mertju Buana pada 1968, yang dikenal sebagai pemegang monopoli cengkeh. Sejak itulah usahanya bermunculan. Beberapa perusahaan berdiri lagi: PT Garmak Motor yang bergerak di bidang keagenan mobil, PT Cipendawa yang bergerak di peternakan ayam, PT Kedawung yang merupakan pabrik gelas terbesar di Asia Tenggara.
Ketika mahaguru Fakultas Ekonomi UGM, Dr. Mubyarto, melontarkan masalah monopoli dan oligopoli, awal 1985, Probo ikut menanggapinya. Ia mengatakan, pemerintah memberi peluang untuk praktik monopoli tersebut. Tentang monopoli cengkeh yang dinikmatinya, ia mengatakan, Mertju Buana mendapat izin monopoli impor cengkeh dari Zanzibar, ''Untuk menstabilkan harga agar tidak dipermainkan importir.''
Saat hubungan dagang langsung RI dengan RRC sedang ramai dijajaki dan dibicarakan, akhir Maret 1985, Probo malah mendahului berkunjung ke RRC diikuti rombongan kecil yang terdiri dari: Sjarnoebi Said, Nurdin Latief, Harty Harthono, dan Drs. Zulzaini. Mereka diterima Wakil Perdana Menteri RRC Bidang Ekuin, Chang Ching Fu.
Probo saat itu seperti tidak sabar. Ia melihat, para pengusaha dari negara lain sudah berdatangan ke Beijing, karena RRC dinilai mempunyai pasar kuat.
''Jika kita terlambat, kesempatan kita bisa dimanfaatkan orang lain,'' katanya.
Meski sukses di bidang bisnis, perhatian Probosutedjo dalam dunia pendidikan tidak mengendur. Ia Ketua Yayasan Menara Bhakti yang membawahkan Universitas Mertju Buana dengan Prof. Drs. Harun Zain (bekas menteri nakertrans) sebagai rektor dan Prof. Dr. Sumitro serta Prof. Dr. Slamet Iman Santoso sebagai Dewan Kurator.