Kabar24.com, JAKARTA -- Perusahaan musi streaming, Spotify Technology SA, berencana mencatatkan sahamnya di bursa AS melalui mekanisme pencatatan langsung atau direct listing.
Chief Executive Officer Spotify Daniel Ek mengatakan berencana menjual sebanyak-banyaknya 15,8 juta saham dari perusahaan yang senilai US$2 miliar.
Perusahaan pionir musik streaming ini telah memasukkan dokumen yang diperlukan ke otoritas bursa AS, U.S. Securities and Exchange Comission, bulan lalu. Adapun saham Spotify akan diperdagangkan pada Selasa, 3 April 2018.
Mengutip Reuters pada Minggu (25/3/2018), Spotify menyatakan di dalam berkas terbaru yang telah direvisi pada pekan lalu bahwa mereka perkirakan akan menjual hingga 55,7 juta saham biasa.
Dengan mekanisme direct selling, Spotify tidak memilih melepaskan saham melalui mekanisme IPO konvensional tetapi dengan direct selling untuk memberi kebebasan investor dan karyawan menjual saham, tanpa perusahaan menggalang dana baru atau menggunakan penjamin pelaksana emisi (underwriter) dalam aksi korporasi tersebut.
Seperti diketahui, perusahaan yang melakukan direct listing tidak melepas saham baru ke publik. Adapun saham yang tercatat adalah saham eksisting yang dimiliki investor dan para karyawannya. Mekanisme ini juga tidak akan mendilusi kepemilikan saham milik investor eksisting, berbeda dengan IPO konvensional.
Sejauh ini, Spotify belum menentukan harga untuk direct listing tersebut sementara valuasi Spotify telah mencapai sekitar US$19 miliar dalam pasar privat. Akan tetapi, perusahaan asal Swedia ini telah menyewa Morgan Stanley & Co untuk membantu mengevaluasi permintaan jual-beli di NYSE dalam menentukan harga pembuka.
Adapun, untuk pertama kalinya Spotify mengungkapkan jumlah saham yang akan dijual oleh CEO-nya yang berumur 35 tahun tersebut. Menurut dokumen terbarunya, saham itu bernilai antara US$755 juta—US$2 miliar, berdasarkan harga saham di kisaran US$48,93 hingga US$131,88 per lembar di pasar privat per Maret 2018.
Spotify juga mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa mereka akan membayar Google Cloud Platform, unit komputasi awan (cloud) milik Alphabet Inc, setidaknya sebesar 365 miliar euro, atau sekitar US$447 juta, karena selama tiga tahun mereka telah memasukkan layanan streaming Spotify ke dalam platform-nya.
Adapun, pada 2017 Spotify mencatatkan pendapatan sebesar 4,09 miliar euro atau sekitar Rp68,6 triliun, naik dari capaian tahun sebelumnya yang senilai 2,95 miliar euro. Namun, rugi operasionalnya sempat melebar menjadi 378 juta euro dari 349 juta euro pada 2016.
Perseroan juga mengklaim memiliki 71 juta pelanggan premium dan rata-rata 159 juta pengguna per bulan. Layanan perusahaan yang berdiri pada 2008 ini sudah tersedia di 60 negara, menjadikannya perusahaan streaming musik terbesar dunia.
"Dengan layanan terkait iklan yang kami tawarkan, kami yakin ada peluang besar untuk meningkatkan pelanggan dan memperluas pangsa pasar dari radio tradisional," papar Spotify.
Pada Desember 2017, Spotify dan Tencent Holdings Ltd. dari China juga telah menjalin kesepakatan terkait transaksi pertukaran saham minoritas di masing-masing perusahaan. Transaksi ini merupakan bagian dari perjanjian yang lebih besar dengan para pemegang obligasi Spotify mengenai rencana perusahaan itu untuk listing di bursa.
Kesepakatan dengan Tencent juga membantu Spotify meningkatkan penetrasi ke pasar yang sudah dikuasai oleh Tencent Music, yakni China. (Reuters/Dwi Nicken Tari)