Kabar24.com, JAKARTA - Chief Executive Facebook Inc, Mark Zuckerberg mengakui perusahaannya berbuat salah dalam hal pengelolaan data milik 50 juta pengguna akun dan berjanji akan mengambil sikap tegas untuk membatasi akses pengembang terhadap informasi tersebut.
Perusahaan jejaring sosial itu tengah mendapat pengawasan ketat dari legislator AS dan Eropa. Pasalnya, perusahaan itu dimamfaatkan oleh perusahaan konsultan politik AS yang berbasis di London, Cambridge Analytica, dengan menyalahgunakan data pengguna Facebook untuk pemenangan pemilihan presiden AS 2016.
Zuckerberg, dalam satu pernyataan terbukanya di depab publik sejak skandal itu muncul, mengakui “berbuat salah dan masih banyak yang harus dilakukan dan akan terus melakukan perbaikan” sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (22/3).
Dia juga berjanji akan memperketat pengamanan data pengguna akun Facebook dengan menambahkan teknologi pengamanan data bagi pelanggannya.
Sementara itu, salah satu petinggi Facebook, Alex Stamos dikabarkan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala keamanan. Stamos dikabarkan akan hengkang dari perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada Agustus mendatang.
Meski begitu, melalui akun Twitter pribadi Stamos menegaskan dirinya akan tetap bekerja untuk Facebook. Namun, ia tak menampik jika saat ini perannya sudah bergeser.
Baca Juga
"Meskipun ada desasdesus, saya tetap terlibat sepenuhnya untuk Facebook. Memang benar peran saya berubah," cuitnya di akun Twitter.
Mengutip New York Times, Alex Stamos disebut sebagai salah satu pihak yang gencar mengungkap keterlibatan Facebook di tengah campur tangan Rusia saat pemilu Amerika Serikat yang memenangkan Donald Trump pada Pilpres 2016 lalu.
Ketegangan bermula dari silang pendapat di antara petinggi Facebook soal keterbukaan data kepada publik soal negara-negara yang mungkin menyalahgunakan serta melakukan intervensi.