Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Giliran Delegasi Korsel yang Kunjungi Korut Untuk Bahas Nuklir

Setelah perwakilan Korea Utara berkunjung ke Korea Selatan dalam Olimpiade Musim Dingin bulan lalu, sekarang giliran delegasi Negeri Ginseng yang bertandang ke negara tetangganya itu.
Wakil Presiden AS. Mike Pence duduk di depan saudara perempuan Pemimpin  Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong saat  menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan 9 Februari 2018./Reuters
Wakil Presiden AS. Mike Pence duduk di depan saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong saat menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan 9 Februari 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah perwakilan Korea Utara berkunjung ke Korea Selatan dalam rangka Olimpiade Musim Dingin bulan lalu, sekarang giliran delegasi Negeri Ginseng yang bertandang ke negara tetangganya itu.

Delegasi Korea Selatan (Korsel) terdiri dari sepuluh orang dan dipimpin oleh Kepala Kantor Keamanan Nasional Chung Eui Yong. Rombongan dijadwalkan berangkat pada Senin (5/3/2018). 

Kepala Badan Intelijen Nasional Suh Hoon dan Wakil Menteri Unifikasi Chun Hae Sung ikut serta dalam misi tersebut.

"Kami akan menyampaikan keinginan Presiden Korsel Moon Jae In terkait pembersihan nuklir di Semenanjung Korea dan perdamaian permanen lewat itikad baik serta hubungan antar-Korea yang lebih baik yang diciptakan dalam Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang," papar Chung, seperti dilansir Reuters.

Delegasi ini berharap dapat berbicara langsung dengan pejabat tinggi Korut untuk memulai dialog. Pertemuan yang dilakukan juga diharapkan bisa membuka peluang pembicaraan dengan tidak hanya Korsel, tapi juga AS dan negara-negara lain.

Rencananya, hari ini delegasi tersebut bakal makan malam bersama pejabat tinggi Korut. Esok, mereka dijadwalkan melakukan pertemuan lanjutan. 

Namun, belum diketahui apakah Kim Jong Un bakal turut hadir dalam pertemuan itu. 

Secara teknis, Korsel dan Korut masih dalam keadaan perang. Pasalnya, perang yang berlangsung pada 1950-1953 diakhiri oleh gencatan senjata dan bukan perdamaian.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper