Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia dan Malaysia Saling Belajar, Perkuat Ideologi dan Pertumbuhan Ekonomi

Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila, menjajaki kerja sama dengan Majlis Bekas Wakil Rakyat Malaysia, MUBARAK.
Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif (kanan) didampingi rohaniawan yang juga pengamat sosial Romo Benny Susetyo (kedua kanan) berjalan keluar gedung seusai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK, di Jakarta, Rabu (9/8)./ANTARA-M Agung Rajasa
Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif (kanan) didampingi rohaniawan yang juga pengamat sosial Romo Benny Susetyo (kedua kanan) berjalan keluar gedung seusai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK, di Jakarta, Rabu (9/8)./ANTARA-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA--Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila, menjajaki kerja sama dengan Majlis Bekas Wakil Rakyat Malaysia, MUBARAK.

Pertemuan kedua organisasi ini merupakan langkah awal kerja sama guna memperkuat ideologi kebangsaan di kedua negara yakni Indonesia dan Malaysia.

"MUBARAK ini adalah lembaga yang mengurusi rukun negara [ideologi] di Malaysia. Kita saling belajar. Setiap negara punya kelebihan dan kekurangan," kata Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP- PIP) Yudi Latief di Jakarta, Senin (26/2/2018).

Menurut Yudi, pertemuan semacam ini sangat penting untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan kedua negara dan segera mencari jalan keluar untuk memperbaiki kekurangannya.

Dalam hal ini, Yudi mengakui bahwa Indonesia cukup unggul dari hal ideologi Pancasila ketimbang Malaysia. Meski isu radikalisme sempat merebak belakangan ini, peristiwa tersebut tidak mencederai kehidupan sosial rakyat Indonesia yang cukup cair antarras, agama, dan etnis.

"Di sana mungkin pembangunan negaranya bagus, relatif pembangunan ekonomi berjalan. Tetapi pembangunan bangsanya masih punya masalah sangat serius," jelas Yudi.

Yudi menambahkan segregasi rasial di Malaysia, misalnya antara ras Melayu, Tionghoa, dan India sangat terasa.

Hal itu membuktikan bahwa Malaysia masih sangat kesulitan untuk menyatukan etnis-etnis tersebut di bawah kesatuan dan ideologi Rukun Negara.

Di sisi lain, Indonesia dikatakannya bisa belajar dari Malaysia terkait pembangunan ekonomi. Pasalnya saat ini, Indonesia masih dihadapkan dengan kesenjangan ekonomi, stabilisasi ekonomi, hingga keterbatasan infrastruktur.

"State building Indonesia masih banyak masalah. Mengapa Presiden Joko Widodo mengebut pembangunan infrastruktur. Banyak hal seperti kesenjangan ekonomi, pelayanan publik harus diperbaiki dan Indonesia bisa belajar dari Malaysia," tekannya.

Sementara itu, Presiden MUBARAK Tan Sri Abdul Aziz Rahman bakal mendekati generasi muda,terutama kalangan mahasiswa,untuk memperkuat pemahaman terhadap nilai-nilai dasar ideologi negara.

"Kita langsungkan beberapa program kerja sama dengan mahasiswa untuk mewujudkan transformasi nasional di kedua negara," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper