Kabar24.com, JAKARTA – Kesabaran para siswa di penjuru Amerika Serikat (AS) terhadap rangkaian sejarah penembakan mematikan di sekolah-sekolah negeri tersebut tampaknya telah mencapai batas.
Mereka ramai-ramai berencana menggelar demonstrasi dan protes nasional untuk mendukung undang-undang persenjataan yang lebih tegas, sekaligus menantang politisi manapun yang dinilai telah gagal melindungi mereka.
Para siswa Marjory Stoneman Douglas High School, Florida, di mana seorang mantan siswanya telah melepaskan tembakan dan membunuh 17 orang pekan lalu, bergabung dengan siswa lainnya di media sosial untuk merencanakan gerakan tersebut.
“Saya merasa sudah waktunya bagi kami untuk mengambil sikap. Kamilah yang berada di dalam sekolah, kamilah yang menyaksikan para penembak masuk ke dalam ruang kelas kami,” kata Lane Murdock dari Connecticut, seperti dikutip Reuters.
Murdock, 15, yang tinggal sekitar 32 km dari Sandy Hook Elementary School di mana 20 anak dan enam orang dewasa ditembak lima tahun lalu, berhasil menghimpun lebih dari 50.000 tanda tangan dalam sebuah petisi online pada Minggu (18/2) waktu setempat.
Petisi yang dimaksud menyerukan para siswa untuk mogok dari sekolah-sekolah mereka pada 20 April.
Baca Juga
Alih-alih bersekolah, Murdock mendorong sesama pelajar untuk menggelar protes pada peringatan ke-19 penembakan massal di Columbine High School, Colorado. Pada 20 April 1999, dua remaja secara membabi buta melepaskan tembakan di sekolah itu. Sebanyak 13 orang tewas dan lebih dari 20 orang lainnya terluka.
Insiden ini menjadi peristiwa penembakan sekolah terburuk dalam sejarah AS, yang memicu perdebatan nasional tentang kontrol senjata dan keamanan sekolah, serta penyelidikan penting untuk menentukan apa yang memotivasi penembakan tersebut.
Sementara itu, para siswa Marjory Stoneman Douglas High School merencanakan gerakan ‘March for Our Lives’ di Washington pada 24 Maret, untuk menyerukan keselamatan di sekolah serta meminta anggota parlemen untuk memberlakukan kontrol senjata.
Mereka juka merencanakan demonstrasi untuk kontrol persenjataan, isu kesehatan mental, dan keamanan sekolah di Tallahassee. Para siswa diperkirakan akan bertemu dengan pembuat kebijakan yang mengupayakan pelarangan senjata seperti AR-15 yang diduga digunakan dalam penembakan di sekolah itu.
Desakan untuk perubahan oleh banyak siswa yang masih belum memiliki hak suara, telah memicu perdebatan antara para advokat untuk kontrol persenjataan dengan para pemilik senjata.
Para siswa sekolah Florida pun mengecam sejumlah pemimpin politik, termasuk Presiden Donald Trump, yang dinilai tidak bertindak atas permasalahan itu.
Banyak pula yang mengkritik Trump tidak sensitif, setelah ia mengatakan FBI mungkin terlalu fokus dengan penyelidikan Rusia sehingga melewatkan petunjuk yang dapat mencegah penembakan tersebut.
“Ya Tuhan, 17 teman saya tewas dan Anda memiliki keberanian untuk menghubungkannya dengan Rusia ???” kata Morgan Williams, seorang siswa tingkat 3 berusia 16 tahun, dalam akun Twitternya sebagai tanggapan atas pesan Trump.
“Anda tidak dapat menyalahkan birokrasi untuk hal ini ketika Andalah, Pak Presiden, yang seharusnya bertanggung jawab,” ujar David Hogg, seorang siswa senior.
Seperti diketahui, sebanyak 17 orang dilaporkan tewas setelah remaja berusia 19 tahun bernama Nikolas Cruz melepaskan tembakan di sebuah sekolah menengah atas di Florida pada Rabu (14/2) waktu setempat.
Peristiwa ini meletus sesaat sebelum waktu bubar sekolah di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland. Sebanyak dua belas orang terbunuh di dalam gedung sekolah, dua orang tewas di luar gedung, satu orang tewas di jalan, dan dua korban lainnya meninggal karena luka-luka di sebuah rumah sakit. Para korban terdiri dari siswa dan orang dewasa.