Kabar24.com, JAKARTA - Di tengah maraknya kartu kuning dan merah untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi), pengamat politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, mengatakan rapor Jokowi saat ini justru berwarna biru.
Rapor positif itu karena tingginya tingkat kepuasan publik akan kinerja pemerintah Jokowi.
“Rapor Jokowi warnanya biru karena tingkat kepuasan publik tinggi, yakni sekitar 70 persen,” kata Djayadi Hanan saat dihubungi, Jumat (9/2/2018).
Tingkat kepuasan publik tinggi karena kondisi politik stabil, kondisi keamanan sangat stabil, kondisi penegakan hukum positif, program bidang infrastruktur berjalan, program pendidikan baik, dan program kesehatan baik, meski ada masalah kesehatan di Asmat yang belakangan santer diberitakan.
Adapun beberapa pekerjaan rumah Jokowi yang harus diselesaikan Jokowi, kata Djayadi, yakni soal pertumbuhan ekonomi yang meski stabil tapi masih belum mencapai target seperti yang dijanjikan saat kampanye. Dulu Jokowi berjanji pertumbuhan ekonomi 7 persen.
“Sampai sekarang masih di kisaran 5 persen,” kata Djayadi.
Baca Juga
Masalah ekonomi lainnya yang patut diselesaikan Jokowi adalah masih banyaknya masyarakat yang mengeluhkan harga bahan pokok, pengangguran, dan juga kemiskinan.
“Jadi di bidang ekonomi nilainya masih di kisaran 5,5 (lima setengah). Secara keseluruhan, dalam skala penilaian sepuluh maka rapornya antara 6-7,” kata Djayadi.
Kartu Merah dan Kuning
Jokowi mendapat “kartu kuning” dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Zaadit Taqwa. Zaadit meniup peluit dan mengacungkan map kuning—ia menirukan gaya wasit memberikan kartu kuning dalam pertandingan sepak bola—sesaat setelah Jokowi berpidato dalam Dies Natalis ke-68 UI di kampus tersebut pada Jumat, 2 Februari 2018.
Ia meminta pemerintah lekas mengatasi wabah campak dan gizi buruk di Asmat.
Sehari setelahnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah memberikan “kartu merah” untuk Jokowi. Alasannya, agar pemerintah harus terus-menerus mengevaluasi perjalanan Indonesia secara mendalam. Pemerintah harus merefleksi dirinya.
“Kita ini on the track atau tidak? Tidak usah tegang,” ujar Fahri seusai pembukaan musyawarah nasional Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAKAMMI) di Hotel Royal, Kuningan, Sabtu, 3 Februari 2018.
SMRC menilai kartu kuning dan kartu merah merupakan bentuk ekspresi sekelompok orang yang memang tidak puas dengan kinerja Presiden atau memang bukan pemilih Jokowi.
“Mereka yang paling sulit diyakinkan oleh Jokowi.”
Beberapa aspek kinerja Jokowi dinilai masih lemah seperti bidang ekonomi. “Ada alasan kelompok yang tidak puas untuk fokus hanya memperhatikan titik lemah atau kekurangan Jokowi,” kata Djayadi.