Bisnis.com, JAKARTA - Alphabet Inc., induk usaha Google, melaporkan perolehan laba pada kuartal IV/2017 meleset dari perkiraan setelah biaya promosi mengalami kenaikan.
Pendapatan Alphabet naik 24% menjadi US$32,3 miliar, sekitar Rp433,4 triliun, atau di atas perkiraan analis yang sebesar US$31,9 miliar. Namun, laba hanya menyentuh US$6,8 miliar, setara dengan Rp91 triliun, masih di bawah proyeksi yang sebesar US$7 miliar.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/2/2018), beban perusahaan meningkat 27% menjadi US$24,7 miliar.
Sebagian besar pendapatan yang masuk digunakan untuk menempatkan mesin pencari Google sebagai opsi default di berbagai produk dan layanan, seperti iPhone dan browser Firefox milik Mozilla. Google juga membeli slot iklan di beberapa acara olahraga besar untuk memasarkan smartphone terbarunya, Pixel 2, dan layanan televisi dari Youtube.
CFO Alphabet Ruth Porat mengatakan besarnya biaya pemasaran pada Oktober-Desember 2017 terkait dengan masa liburan dan pembayaran kepada para mitra akan kembali normal pada kuartal-kuartal berikutnya.
Sementara itu, Chief Executive Google Sundar Pichai menyatakan investasi yang dilakukan mulai membuahkan hasil. Dia menyebutkan cloud computing mampu menghasilkan US$1 miliar pada kuartal IV/2017.
Secara keseluruhan, pendapatan Alphabet mencapai US$110,9 miliar atau sekitar Rp1.488 triliun sepanjang 2017. Raihan itu lebih tinggi 23% dari capaian 2016.
Tetapi, laba terpangkas 35% menjadi US$12,6 miliar karena pembayaran pajak dan denda US$2,7 miliar dari Uni Eropa (UE) terkait kasus antitrust.
Alphabet berupaya mengerek pendapatan dari bisnis-bisnis lain, seperti mobil tanpa pengemudi yang dioperasikan melalui Waymo dan lisensi teknologi medis lewat Verily.
"Perusahaan ini terus membukukan kenaikan pendapatan yang kuat dan membuka banyak peluang untuk meraih pertumbuhan yang lebih besar di masa depan," ujar analis MoffettNathanson Michael Nathanson.