Kabar24.com, JAKARTA — Partai Golkar kembali bertenger sebagai partai kedua terbesar di Indonesia setelah dipimpin oleh Airlangga Hartarto.
Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Golkar memiliki elektabilitas sebesar 15,5% atau di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan tingkat keterpilihan 22,2%.
Survei tersebut dilakukan pada 7-14 Januari 2018 dengan metode wawancara tatap muka 1.200 responden.
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan bahwa Golkar sempat terperosok pada Agustus 2017 saat Setya Novanto terseret kasus korupsi KTP elektronik. Namun, begitu pucuk pimpinan diambil alih Airlangga Hartarto pada 20 Desember 2017 suara Partai Beringin naik.
"Airlangga dianggap memberi harapan baru dengan jargon Golkar Bersih. Figur ini dianggap sebagai faktor pembaharu dan bawa harapan baru," katanya dalam temu pers di Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Selama 5 bulan, Golkar mampu mendongkrak suara sebesar 3,9%. Pada saat bersamaan, elektabilitas PDIP merosot 6,1%.
Menurut Rully, Golkar memang berhasil menggerus suara PDIP. Pasalnya, pemilih kedua partai warisan Orde Baru itu beririsan yakni kelompok masyarakat menengah bawah.
Apalagi, program yang ditawarkan Golkar yakni sembako terjangkau, pembukaan lapangan kerja, dan akses perumahan memikat kalangan wong cilik.
"Tren suara Golkar terus naik ini ditakutkan PDIP," ujar Rully.