Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangladesh Tunda Repatriasi Pengungsi Rohingya ke Myanmar

Pemerintah Bangladesh telah menunda pelaksanaan repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar karena proses verifikasi pengungsi terhambat data yang tidak lengkap.
Perempuan pengungsi Rohingya (kiri) menangis sambil menggendong anaknya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui
Perempuan pengungsi Rohingya (kiri) menangis sambil menggendong anaknya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Bangladesh telah menunda pelaksanaan repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar karena proses verifikasi pengungsi terhambat data yang tidak lengkap.

Komisioner rehabilitasi dan bantuan pengungsi Bangladesh Abul Kalam mengungkapkan proses tersebut akan ditunda. "Ada banyak hal yang harus dibereskan. Daftar orang yang akan dikembalikan masih belum rampung, sehingga proses verifikasi dan pembangunan kamp sementara belum bisa dilakukan," ujarnya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (22/1/2018).

Sebelumnya, Myanmar telah setuju untuk menerima para pengungsi di dua lokasi penerimaan dan sebuah kamp sementara di perbatasan dengan Bangladesh, selama 2 tahun ke depan. Mestinya, proses repatriasi dimulai pada Selasa (23/1).

Di sisi lain, Pemerintah Myanmar mengaku siap menerima para pengungsi kembali. "Kami sudah siap menerima mereka. Persiapan di pihak kami sudah selesai," terang Direktur Jenderal Kementerian Sosial Myanmar Ko Ko Naing.

Keputusan penundaan ini muncul setelah ketegangan kembali terjadi di kamp-kamp pengungsi karena banyak yang tidak ingin kembali ke Myanmar dengan alasan keamanan. Di kamp pengungsian Palongkhali, Bangladesh sekelompok pengungsi Rohingya berkumpul dan menyusun daftar permintaan terkait repatriasi tersebut.

Di dalamnya termasuk jaminan keamanan, pemberian status kewarganegaraan, dan pengakuan atas Rohingya dalam daftar etnis minoritas Myanmar. Mereka juga meminta rumah, masjid, dan sekolah yang dibakar atau dirusak dalam operasi militer untuk dibangun kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper