Bisnis.com, KAIRO - Mantan Perdana Menteri Mesir Ahmed Shafik, yang pekan lalu mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri sebagai presiden, dideportasi dari Uni Emirat Arab pada Sabtu (2/12/2017), keluarganya mengatakan, dan tiba di Kairo beberapa jam kemudian.
Shafik, mantan komandan angkatan udara dan menteri pemerintah, dipandang sebagai lawan potensial paling kuat dari Presiden Abdel Fattah al-Sisi, yang diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua tahun depan.
Dengan keamanan bandara yang tinggi, Shafik mendarat di sebuah pesawat pribadi di bandara Kairo pada Sabtu malam, kata sumber bandara.
Seorang saksi Reuters di bandara mengatakan bahwa pihak berwenang Mesir mengawal Shafik dengan iring-iringan mobil yang menunggunya di luar bandara.
Keberadaan Shafik tidak diberitahukan kepada keluarganya beberapa jam setelah dia meninggalkan bandara, dan pejabat tidak mengeluarkan pernyataan apapun tentang lokasinya.
Kantor berita UEA WAM mengatakan Shafik meninggalkan Emirates, sekutu pemerintah Sisi, untuk Mesir tanpa memberikan rincian mengapa atau bagaimana dia pergi. Dikatakan keluarganya tetap tinggal di Emirates.
Baca Juga
Putri Shafik May Shafik, mengatakan kepada Reuters pihak berwenang telah datang untuknya di rumahnya dan mengirimnya ke Kairo.
"Kami akan pergi ke Prancis. Mereka datang dan membawanya, mereka mendeportasinya ke pesawat pribadi. Mereka mengatakan akan mendeportasinya ke Mesir," kata May.
"Hanya karena dia mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai presiden, mereka mendeportasinya ke Mesir dan saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya," katanya.
Seorang sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan sebelumnya: "Shafik secara terbuka telah meminta untuk pergi ke Mesir dan keinginannya akan terpenuhi."
Pengacara Shafik di halaman Facebook-nya juga mengatakan bahwa dia telah dibawa dari rumah keluarga.