Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan komoditas cabai merah dengan rasa pedas yang dihasilkan petani daerah itu sebagian besar masuk Provinsi Sumatra Barat dan daerah lainnya.
Padahal, Sumatra Barat termasuk salah satu produsen cabai di Tanah Air. “Cabai yang paling pedas [dari Jawa Tengah] masuk Sumbar, tetapi tidak masalah, nanti dikirm yang paling pedas lagi,” seloroh Ganjar di Jakarta, Senin (20/11/2017).
Dia mengatakan tidak menjadi soal produksi cabai dari Jawa Tengah masuk atau dipasarkan di provinsi lainnya, asal kapasitas produksi tetap terjaga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga inflasi terkendali.
Menurutnya, dalam upaya menstabilkan inflasi yang paling penting adalah memastikan pasokan terjaga, kemudian memonitor pergerakan harga, sehingga saat terjadi kenaikan bisa langsung disikapi dengan menambah pasokan.
Dan terakhir tentu saja menjamin distribusi komoditas pokok lancar, sehingga tidak terjadi kelangkaan pangan di pasaran.
Provinsi Jawa Tengah, imbuhnya, menerapkan sistem aplikasi SiHaTi yang berbasis android untuk memantau pergerakan harga komoditas.
Artinya, saat terjadi kenaikan harga di suatu tempat, bisa langsung dilaporkan dan dipantau melalui aplikasi, untuk kemudian diambil tindakan cepat.
“Keunggulan aplikasi SiHaTi, pertama bisa dikontrol langsung, lalu dirapatkan lewat virtual meeting, dan langsung aksi. Tidak ribet-ribet lagi,” katanya.
Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan produksi cabai daerah itu sudah surplus, namun sebagian besar produksi dipasarkan di provinsi tetangga seperti Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau.
“Produksi kita sudah berlebih, tetapi pemasarannya kan tidak bisa dibatasi. Cabai asal Sumbar banyak dipasarkan di Riau, Jambi, hingga Jakarta,” kata Irwan.
Dia mengakui konsumsi cabai masyarakat Sumbar juga banyak didatangkan dari daerah lain, terutama Jawa Tengah, karena provinsi tersebut merupakan daerah penghasil cabai merah terbesar di Tanah Air.