Kabar24.com, LOMBOK UTARA -- Limbah ternak sapi ternyata bisa menghasilkan beragam manfaat dan memiliki nilai tambah jika diolah dengan baik dan tepat, seperti yang telah dicoba diterapkan dalam peternakan terintegrasi di desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Tengah.
Kelompok tani dan ternak Ngiring Datu yang terdiri dari lebih dari 100 anggota, mencoba memanfaatkan limbah dari kotoran ternak sapi baik kotoran cair maupun padat untuk diolah menjadi listrik, gas, pupuk, serta pestisida alami.
Program tersebut nampaknya juga menarik perhatian Bank Indonesia selaku bank sentral dalam mendorong perekonomian daerah dan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesai Provinsi NTB Prijono, menyampaikan bahwa biodigester dibangun sebagai terobosan BI untuk mendorong sektor peternakan yang terintegrasi dengan sektor pertanian. Teknologi biodigester dapat menghasilkan pupuk organik padat maupun cair, yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian disekitar Lombok Utara yang kerap kesulitan untuk mendapatkan pupuk.
Selain menghasilkan pupuk, biodigester juga menghasilkan gas sebagai sumber energi ramah lingkungan, baik untuk generator pembangkit tenaga listrik maupun untuk keperluan rumah tangga.
"Saya kira ini baru yang pertama di NTB untuk integrasi seperti ini. Saya harapkan ini bisa menjadi percontohan di lokasi-lokasi lainnya," ujar Prijono di Lombok Utara, Selasa (14/11/2017).
Baca Juga
Senada dengan Prijono, Sekda Kabupaten Lombok Utara Suwardi juga menyampaikan apreasiasi atas inisiatif dari Bank Indonesia tersebut. Kontribusi Bank Indonesia dipandang sangat tepat mengingat kebutuhan pupuk untuk pertanian organik terus meningkat di Kabupaten Lombok Utara.
"Penyediaan makanan yang sehat melalui pertanian organik akan mendorong pengembangan wisata di Kabupaten Lombok Utara, yang sedang didorong untuk menuju destinasi ekowisata tingkat dunia," ujar Suwardi.
Satu biodigester mampu menghasilkan listrik sebesar 5.000 watt, selain itu, biogas yang dihasilkan juga bisa digunakan oleh ibu rumah tangga untuk memasak. Kotoran padat yang telah diolah bisa menjadi pupuk untuk digunakan di lahan pertanian. Sementara kotoran cair yang telah dicampur dengan rempah-rempah bisa menjadi pestisida alami yang dapat dijual dengan harga Rp25 ribu per liternya.
Saat ini, investasi satu unit biodigester senilai Rp270 juta yang mampu digunakan untuk mengolah kotoran dari 50 ekor sapi. Pada kelompok Ngiring Datu terdapat setidaknya 300 ekor sapi, sehingga masih dibutuhkan tambahan biodigester untuk mengolah kotoran sapi tersebut.
"Kami harapkan komitmen dari dewan agar bisa membantu untuk merealisasikan ini, karena anggaran budget kan ada di dewan," ujar Suwardi.
Pada acara tersebut dilakukan pula penandatanganan adendum perjanjian kerjasama antara Bank Indonesia Provinsi NTB, Bank NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan BPTP Provinsi NTB. Adendum bertujuan untuk memperluas cakupan pembinaan, dari semula hanya di dusun karang kendal menjadi desa genggelang, dengan harapan akan lebih banyak peternak yang memperoleh pembinaan.
Bank Indonesia pada kesempatan yang sama juga melakukan perbaikan kandang komunal milik kelompok Ngiring Datu, dengan konsep kandang warna - warni. Dengan konsep warna – warni tersebut, yang bisa jadi merupakan yang pertama di Indonesia, perbaikan kandang komunal ditujukan untuk lebih mengoptimalkan luas kandang, serta membuat kandang lebih bersih, sehat, nyaman, dan menarik.