Bisnis.com, JAKARTA-- Menyambut bulan bahasa dan sastra yang digelar pada Oktober setiap tahunnya, Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mengungkapkan data terbaru berkaitan dengan bahasa daerah.
Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar menyampaikan, hingga tahun ini pihaknya telah mengidentifikasi sebanyak 646 bahasa daerah. Namun, diantara jumlah tersebut juga terdapat 67 bahasa daerah yang direvitalisasi karena terancam punah.
Menurut Dadang, ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa daerah di sebuah wilayah bisa punah, diantaranya adalah penutur bahasa yang mulai berkurang karena faktor usia dan kematian. Selain itu, tambahnya, faktor bencana alam yang dahsyat juga berpengaruh terhadap hilangnya para penutur asli bahasa daerah.
Kendati demikian, salah satu faktor yang juga tak kalah penting menurut Dadang karena adanya kawin campur dengan jenis bahasa daerah berbeda. Meskipun memiliki dampak positif, menurut Dadang perkawinan campur ini memiliki dampak luas terhadap penurunan bahasa daerah untuk tiap garis keturunan.
"Kalau kawin campur, bisa bertambah [bahasa daerahnya] dan bisa juga punah," ujarnya beberapa waktu lalu.
Selain ketiga faktor di atas, yang terpenting menurut Dadang adalah kecintaan masyarakat terhadap bahasa daerahnya masing-masing. Jika masyarakat tak cinta lagi dengan jati dirinya sendiri, perlahan bahasa tersebut akan punah dimakan waktu.
"Kami menyurati gubernur dan 30 Badan Bahasa yang ada di provinsi untuk jenis-jenis bahasa yang terancam punah dan pentingnya pelestarian bahasa daerah," kata Dadang.
Agar bahasa daerah tidak punah, beragam cara dilakukan oleh Badan Bahasa. Termasuk melakukan konservasi dan revitalisasi. Untuk konservasi, kata Gufran, dilakukan dengan menemukenali bahasa daerah yang terancam punah.
Hal tersebut dilakukan dengan melibatkan sejumlah penutur bahasa yang masih hidup dan komunitas pemerhati bahasa daerah di masing-masing wilayah.
Setelah melakukan konservasi, tambahnya, giliran Badan Bahasa melakukan perawatan dengan jalan pencatatan kosa kata dan pembentukan komunitas pelestari bahasa daerah.
"Bahasa yang hampir punah itu disusun dan dihidupkan kembali dan dibuatkan model revitalisasi," ujar Gufran.
Selain solusi di atas, menurut Dadang yang penting dilakukan adalah pembuatan kamus bahasa daerah, melakukan pelatihan bagi genrasi muda dan media, serta melakukan penelitian terhadap bahasa daerah yang terancam punah.