Kabar24.com, JAKARTA - Selain bahasa persatuan Bahasa Indonesia, negeri ini juga dianugerahi kekayaan bahasa daerah yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Oleh karena itu, selain wajib mencintai Bahasa Indonesia, sebagai warga negara kita juga patut menghormati dan melestarikan bahasa daerah.
Menyambut bulan bahasa dan sastra yang digelar pada Oktober setiap tahunnya, Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mengungkapkan data terbaru berkaitan dengan bahasa daerah.
Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar menyampaikan hingga tahun ini pihaknya telah mengidentifikasi 646 bahasa daerah. Namun, diantara jumlah tersebut juga terdapat 67 bahasa daerah yang direvitalisasi karena terancam punah.
"Sebanyak 67 bahasa daerah kami periksa daya hidup bahasanya," kata Dadang.
Mengenai jumlah tersebut di atas, kata Dadang, belum dilakukan secara menyeluruh, baik itu identifikasi bahasa daerah ataupun revitasisasi. Selain terkendala waktu, Dadang juga menemui kendala penganggaran untuk menyelamatkan lebih banyak bahasa daerah.
"Jujur saja, selain kendala waktu, juga ada kendala anggaran. Tiap tahun hanya 9 sampai 10 titik yang kami berhasil identifikasi," ujar Dadang.
Kepala Pusat Pengembangan Badan Bahasa Gufran Ali Ibrahim mengatakan dari jumlah bahasa daerah yang telah teridentifikasi tersebut, diketahui terdapat 50% berasal dari kawasan timur Indonesia. "Berdasarkan wilayah, diketahui bahwa semakin ke timur, makin beragam."
Tingginya keragaman bahasa daerah di wilayah timur, membuat tingkat kepunahan di kawasan tersebut juga tinggi. Gufran mengatakan sejumlah daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Maluku memiliki sejumlah bahasa daerah yang terancam punah.
Salah satu bahasa daerah yang nyaris punah adalah bahasa Ibo (Ibu) yang digunakan oleh masyarakat Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. "Hanya tersisa empat penutur bahasa Ibo yang masih hidup," kata Gufran.