Kabar24.com, JAKARTA — Prabowo Subianto masih menjadi calon rival terkuat bagi Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019 kendati Ketua Umum Partai Gerindra itu belum melakukan kerja politik.
Survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada 17—24 September mendapati elektabilitas Prabowo berada di bawah Jokowi dengan berbagai macam simulasi. Dari simulasi daftar nama, Prabowo dipilih 19% masyarakat, berbanding 47,3% yang mendukung Jokowi.
Dibandingkan dengan survei pada Agustus 2016, suara Prabowo naik sebesar 3,5% dari angka 15,5%. Sebaliknya, suara Jokowi hampir stagnan karena tahun lalu mendapat 46,7%.
“Padahal Pak Prabowo belum kerja, masih tenang-tenang di Hambalang. Sedangkan Pak Jokowi blusukan dari Aceh sampai Papua stabil suaranya. Jadi jangan pikir Pak Jokowi menang mudah di Pilpres 2019,” kata Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Meski demikian, tren berbeda terjadi dalam simulasi dua nama atau ketika Prabowo dan Jokowi head to head. Suara Jokowi meningkat dari 54,9% pada 2016 menjadi 58,9% setahun berselang. Kontras dengan Prabowo yang turun tipis dari 31,6% tahun lalu menjadi 31,3% pada 2017.
Menurut Burhanuddin, hasil survei itu menandakan Prabowo masih memiliki pendukung yang loyal. Bahkan, dia berpotensi mendongkrak suara jika sudah melakukan kerja politik seperti kampanye.
Kondisi serupa, lanjut Burhanuddin, memiliki preseden menjelang Pilpres 2014. Pada Desember 2013, survei menunjukkan elektabilitas Jokowi dan Prabowo masing-masing 60% dan 27%. Namun, pada Pilpres 2014 mantan Panglima Kostrad itu bisa meraih 47% suara atau melonjak 20% dibandingkan dengan Desember 2013.
“Ini menunjukan Pak Prabowo itu memiliki rekam jejak sebagai juru kampanye yang luar biasa,” tambah Burhan.
IPI mencatat elektabilitas Jokowi sebesar 58,9% itu masih jauh di bawah tingkat kepuasan terhadap pemerintah yang menyentuh angka 68,3%. Adapun, 29,5% masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja pemerintahan saat ini.