Kabar24.com, JAKARTA – KBRI Den Haag mencabut penghargaan atas mahasiswa calon doktor Dwi Hartanto yang tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda.
Adapun latar belakang pencabutan itu adalah karena Dwi Hartanto melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya di Belanda. Dalam klarifikasinya pada Sabtu (7/10/2017), Dwi menjelaskan secara panjang lebar perihal latar belakang pendidikannya.
Menurut Dwi, dirinya adalah lulusan SI dari Insititut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika, lulus pada 15 November 2005.
“Saya bukan lulusan dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, seperti informasi yang banyak beredar.”
Dwi lulus dari Program Master S2 saya jalani di TU Delft, Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science, dengan tesis berjudul "Reliable Ground Segment Data Handling System for Delfi-n3Xt Satellite Mission", di bawah bimbingan Dr. Ir. Georgi Gaydadjiev, selesai pada Juli 2009.
“Penelitian master saya ini memang beririsan dengan sistem satelit, tetapi dalam kaitan dengan bagian satellite data telemetri dan ground segment network platform-nya
Baca Juga
“Saat ini saya tengah menyelesaikan studi S3 saya digrup riset Interactive Intelligence, Dept. of Intelligent Systems, pada Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science di TU Delft, di bawah bimbingan Prof. M.A. Neerincx dengan judul disertasi "Computer-based Social Anxiety' Regulation in Virtual Reality Exposure Therapy"
Dwi menegaskan, bahwa dirinya adalah seorang mahasiswa doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi sebagai Post-doctoral apalagi Assistant Professor di TU Delft adalah tidak benar.