Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghibur korban selamat aksi penembakan brutal di Las Vegas akhir pekan lalu. Namun, Trump terkesan menghindari pertanyaan seputar kontrol senjata api.
Presiden Trump bertemu secara pribadi dengan korban pembantaian Las Vegas yang masih dalam perawatan di Pusat Medis Universitas kota tersebut. Trump juga memuji keberanian luar biasa para tenaga darurat dalam aksi penembakan paling mematikan dalam sejarah AS modern itu.
“Masyarakat Nevada dan Las Vegas telah memperlihatkan kepada dunia perilaku, semangat, dan keteguhan hati yang luar biasa,” ujar Trump dalam pidato pendeknya di kantor pusat kepolisian Las Vegas, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (5/10/2017).
Tapi dia tidak memberi tanda kesiapan untuk membahas isu pengendalian senjata. “Kita tidak akan membicarakannya hari ini,” jawab Trump, ketika dimintai tanggapan tentang seruan untuk pembatasan senjata api yang lebih ketat.
Trump tiba di Las Vegas pada Rabu (4/10) sekitar pukul 9.30 malam waktu setempat. Sedikitnya 59 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 500 orang terluka saat seorang pria bersenjata melancarkan rentetan tembakan kepada kerumunan penonton festival musik country pada Minggu (1/10) waktu setempat.
Pelaku penembakan tersebut kemudian diidentifikasi bernama Stephen Paddock, seorang pensiunan berusia 64 tahun, yang dikabarkan telah bunuh diri saat tim SWAT mencapai posisinya di dalam sebuah suite lantai 32, Mandalay Bay Resort and Casino.
Sebanyak 42 senapan dan pistol, termasuk beberapa yang dilaporkan telah dimodifikasi menjadi seperti senjata otomatis, yang ditemukan oleh pihak kepolisan telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai apakah AS perlu membatasi kepemilikan senjata api.
Menurut survei yang dilakukan pada musim semi lalu oleh Pew Research Center, mayoritas warga Amerika mendukung pembatasan penjualan senjata, termasuk tindak pemeriksaan latar belakang dan dibuatnya database federal untuk melacak pembelian.
Tapi pihak Partai Republik di Kongres AS memilih melonggarkan undang-undang senjata dalam beberapa tahun terakhir daripada memperketatnya.
Setelah seorang anggota Parlemen Steve Scalise mengalami luka kritis dalam penembakan pada latihan bisbol kongres pada bulan Juni, kubu Republik menyatakan bahwa undang-undang senjata yang baru tidak diperlukan. Beberapa anggota Parlemen bahkan disarankan harus mempersenjatai diri mereka sendiri.
Dalam wawancara bulan lalu dengan Associated Press mengenai langkah-langkah untuk mengurangi kekerasan senjata, Ketua DPR AS Paul Ryan mengatakan banyak penembakan massal dilakukan oleh orang-orang dengan gangguan jiwa dan oleh karenanya perlu memastikan dana federal untuk mengatasi isu tersebut.
“Tapi jika Anda mengatakan bahwa kubu Republik di Kongres akan menyalahi hak Amandemen Kedua, kami tidak akan melakukan hal itu,” kata Ryan.