Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti Singapura Diprediksi Akan Pulih

Setelah bertahun-tahun mengalami penurunan, harga properti Singapura diprediksi naik kembali mulai pengujung tahun ini hingga tahun depan.
Singapura/Istimewa
Singapura/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah bertahun-tahun mengalami penurunan, harga properti Singapura diprediksi naik kembali mulai pengujung tahun ini hingga tahun depan.

Analis UOB Kay Hian Pte Vinkrant Pandey, mengatakan harga properti Singapura akan naik 5%-10% pada tahun depan. Sementara itu, Morgan Stanley memperkirakan harga properti akan naik 2% pada tahun ini dan 10% pada akhir 2018.

"Kami memperkirakan pemulihan baru-baru ini menyebar ke segmen properti kelas menengah dan kelas atas,” kata Pandey, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (18/9/2017).

Adapun, kenaikan diperkirakan tetap terjadi meskipun Pemerintah Singapura masih memberlakukan pengetatan dalam hal penjualan properti. Hal itu terjadi lantaran meningkatnya permintaan rumah baru karena masifnya tren renovasi rumah tua dan naiknya permintaan properti dari orang asing.

Permintaan rumah baru karena renovasi bangunan lama mencapai 3 miliar dolar Singapura pada tahun ini. Jumlah tersebut melebihi nilai transaksi gabungan selama empat tahun sebelumnya. Dana dari penjualan rumah tua yang akan direnovasi itu akan meningkatkan permintaan pada properti baru, terutama kelas menengah atas.

Sementara itu, pembelian rumah baru oleh orang asing di Singapura akan terus naik, meksipun pemerintah memberlakukan nilai pembelian tambahan sebesar 15% dari harga asli.

Di sisi lain, kebijakan pengetatan pasar properti di negara lain seperti China dan Hong Kong oleh pemerintah masing-masing negara, membuat daya tarik properti Singapura kembali naik. Terlebih tarif tambahan atas pembelian properti di Negeri Singa relatif lebih rendah dari neagra lain.

Seperti diketahui, di Hong Kong mengenakan tarif tambahan pembelian properti bagi orang asing mencapai 30% dari harga asli mulai tahun lalu. Sementara itu, di China mencapai 40%. Kenaikan serupa juga terjadi di Australia dan Kanada. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper