Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Hantam Nuklir Korut. Perusahaan China dan Rusia Jadi Sasaran

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru yang kali ini menghantam sejumlah perusahaan Rusia dan China serta individu yang dituduh membantu program senjata nuklir Korea Utara
Uji tembak rudal balistik kapal selam dari bawah air dalam foto tidak bertanggal yang dirilis oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang, Minggu (24/4/2016)./Reuters
Uji tembak rudal balistik kapal selam dari bawah air dalam foto tidak bertanggal yang dirilis oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang, Minggu (24/4/2016)./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA—Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru yang kali ini menghantam sejumlah perusahaan Rusia dan China serta individu yang dituduh membantu program senjata nuklir Korea Utara.

China marah karena sebelumnya Dewan Keamanan PBB, termasuk Rusia dan China, menyatakan akan memperluas sanksi terhadap Pyongyang.

Kementerian Keuangan AS mengatakan aksi itu akan "meningkatkan tekanan" terhadap Korea Utara. Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memuji Korea Utara karena telah menunjukkan "aksi menahan diri" dalam beberapa hari terakhir.

"Tidak ada aksi provokasi atau peluncuran rudal dari Korea Utara sejak penerapan resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Tillerson.

Sikap itu, menurut Tillerson, bisa mendorong dua pihak untuk berunding pada suatu waktu di masa datang.

Pengucilan Korea Utara

Sementara itu, Kantor Pengendalian Aset Asing AS menyebut ada 10 perusahaan dan 6 orang yang dikenai sanksi terkait program nuklir Korut.

"Kementerian Keuangan akan terus memberi tekanan pada Korea Utara dengan menyasar mereka yang mendukung kemajuan program nuklir dan rudal balistik, dan mengisolasi mereka dari sistem keuangan Amerika," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin sebagaimana dikutip BBC.com, Rabu (23/8/2017).

Sanksi tersebut berarti warga negara dan perusahaan AS tak diizinkan untuk berbisnis dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Akibatnya, China segera merespons, menuntut AS untuk "segera mengoreksi kesalahan mereka" terkait sanksi pada perusahaan-perusahaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper