Bisnis.com, JAKARTA—Mantan petinggi Uber, Travis Kalanick, menyebut gugatan hukum yang diajukan oleh salah satu investor perusahaan jasa transportasi tersebut sebagai serangan publik dan personal tanpa dasar.
Benchmark Capital mengklaim memegang 13% saham Uber dan mengontrol 20% kekuasaan voting, pekan lalu menggugat Kalanick untuk memaksanya keluar dari dewan pimpinan Uber. Seperti dilansir Reuters, Jumat (18/8/2017) waktu setempat, Kalanick menilai langkah hukum tersebut merupakan bagian dari skema lebih besar untuk mengeluarkannya dari perusahaan yang turut didirikannya itu.
Dia juga berargumen bahwa perselisihan hukum mestinya diajukan ke lembaga arbitrasi dan bahwa Pengadilan Delaware, di mana gugatan diajukan, tidak berwenang menangani perkara tersebut.
Gugatan tersebut mengejutkan perusahaan modal ventura lainnya dan menimbulkan perbedaan pandangan di para petinggi Uber dan pemegang saham. Banyak di antaranya yang mengkritisi keputusan Benchmark untuk menggugat.
Dalam gugatan itu, Kalanick dituding menyembunyikan berbagai kesalahan kebijakan yang terjadi, termasuk tuduhan adanya pencurian rahasia perusahaan yang melibatkan teknologi mobil otomat. Ada pula poin mengenai kesalahan Kalanick dan para petinggi lainnya dalam menangani kasus pemerkosaan oleh seorang supir Uber di India.