Bisnis.com, JAKARTA -- Salah seorang pelaku penyerangan pos penjagaan Polda Sumatra Utara (Sumut) telah teradikalisasi sejak 2004 dan melakukan kegiatan perekrutan di Indonesia.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Rikwanto mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, sejak 2004 SP mulai membaca propaganda terorisme bernuansa agama pada laman internet.
“Dia kemudian ingin melakukan aksi-aksi terorisme dan baru tercapai pada 2013 di mana dia berkesempatan berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS,” paparnya, Jumat (30/6/2017).
Untuk mendukung keberangkatannya ke Suriah, SP bahkan rela meminjam uang ke salah satu bank BUMN sebesar Rp20 juta dan didukung oleh istrinya yang memberikan agunan ke bank tersebut. Setelah tiba di Suriah, dia turut bertempur selama enam bulan sebelum kembali ke Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia, SP yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima kemudian melakukan perekrutan terhadap sesama pedagang termasuk AR, FP dan HP yang kemudian menyusun rencana melakukan penyerangan ke pos penjagaan Mapolda Sumatra Utara.
Penyerangan terhadap anggota polisi terjadi pada Minggu (29/6/2017) dan menewaskan Ajun Inspektur Satu Polisi Martua Sialingging, anggota Satuan Pelayanan Markas Polda Sumatra Utara.
Baca Juga
Dia meregang nyawa setelah diserang menggunakan pisau oleh dua pelaku yakni SP dan AR yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Salah seorang di antara para penyerang turut tewas oleh aparat kepolisian.
Setelah membekuk para pelaku, polisi mengamankan beberapa barang bukti yakni buku tulis dengan menyertakan beberapa paham radikal sebanyak 150 buah, plat master cetakan buku, sepeda motor, tiga buah pisau, saut unit komputer, ponsel dan dokumen pembayaran kredit bank.