Kabar24.com, JAKARTA -- Para pelaku penyerangan pos penjagaan Mapolda Sumatra Utara (Sumut) berniat mengambil senjata api milik aparat guna mendukung operasi teror di Indonesia.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Rikwanto menjelaskan, bahwa keempat pelaku yakni SP yang merupakan mantan kombatan ISIS di Suriah, AR, FP dan HP hendak melakukan operasi di Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh ISIS di Irak dan Suriah.
Untuk mendukung hal itu, mereka membutuhkan senjata api dan menjadikan markas aparat sebagai target untuk mendapatkan senjata tersebut.
Hal ini tidak mengherankan karena sebelum menyerang pos penjagaan tersebut, mereka melakukan survei di sejumlah lokasi mulai dari Markas komando Satuan Brimob Polda Sumut, Kodam Bukit Barisan, Polsek Tanjung Rawa dan Markas Batalyon Kavaleri Tempur, sebelum menjatuhkan pilihan ke Polda Sumatra Utara.
Polda, paparnya, ditetapkan sebagai target khusus pada pos penjagaan pintu tengah atau pintu keluar yang terletak agak jauh dari pos lainnya sehingga mudah diserang. Kesimpulan itu diperoleh setelah mereka melakukan pengamatan secara seksama selama sepekan.
“Namun saat mereka melakukan aksinya di pos penjagaan Polda Sumut, tidak ditemukan senjata di sana,” paparnya, Jumat (30/6/2017).
Baca Juga
Penyerangan terhadap anggota polisi terjadi pada Minggu (29/6/2017) dan menewaskan Ajun Inspektur Satu Polisi Martua Sialingging, anggota Satuan Pelayanan Markas Polda Sumatra Utara.
Almarhum meregang nyawa setelah diserang menggunakan pisau oleh dua pelaku yakni SP dan AR yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Salah seorang di antara para penyerang turut tewas oleh aparat kepolisian.