Bisnis.com, Bari, ITALIA – Amerika Serikat menyatakan bahwa sejumlah negara maju dengan pertumbuhan ekonomi terkemuka semakin terbiasa dengan rencana kebijakan Predisen Donald J. Trump.
Namun, Eropa dan Jepang sebaliknya menunjukkan masih ada kehawatiran terkait hal tersebut.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017), para pejabat dari G7 atau kelompok tujuh negara maju bertemu di Italia bagian Selatan dengan harapan dapat mendengar lebih banyak tentang rencana Trump yang dikhawatirkan bakal menghidupkan kembali proteksionisme dan memengaruhi pendekatan global terhadap isu-isu seperti reformasi perbankan dan perubahan iklim.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mengatakan bahwa pihaknya memiliki hak untuk menerapkan proteksionisme jika memang kondisi perdagangan tidak bebas atau adil.
“Kami tidak ingin menjadi proteksionis tetapi kami berhak untuk menjalankannya. Pendekatan kami adalah untuk perdagangan yang lebih seimbang, dan orang-orang telah mendengarnya," kata Mnuchin.
“Dan seperti yang saya katakan, orang lebih nyaman hari ini karena sekarang mereka memiliki kesempatan untuk meluangkan waktu dengan saya, mendengarkan presiden dan mendengar pesan ekonomi kami.”
Pejabat dari negara-negara G7 lainnya memperjelas bahwa mereka tidak sejalan dengan pandangan perwakilan Amerika Serikat.
“Keenam orang lainnya ... mengatakan secara eksplisit, dan terkadang secara langsung kepada perwakilan pemerintah Amerika Serikat. bahwa sangat diperlukan untuk melanjutkan semangat kerja sama internasional yang sama," kata Menteri Keuangan Prancis Michel Sapin kepada wartawan.
Gubernur Bank of France Francois Villeroy de Galhau mengatakan ada optimisme di dalam G7 terkait pemulihan ekonomi global setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan lamban akibat krisis keuangan sejak satu dekade yang lalu.
Namun, dia mengatakan bahwa ketidakpastian yang berlanjut terkait arah kebijakan Amerika Serikat merepresentasikan risiko.
Pendapat itu itu seperti senada dengan komentar Menteri Keuangan Jepang Taro Aso, sehari sebelumnya. “Kita tidak boleh mundur dalam perdagangan bebas karena telah memberi kontribusi pada kemakmuran ekonomi,” kata Aso.
Pejabat G7 Eropa mengeluh bahwa tidak ada yang tahu apamaksud Amerika Serikat terkait ‘perdagangan yang adil’ dan satu-satunya cara untuk mewujudkan keadilan adalah dengan mematuhi peraturan Organisasi Perdagangan Dunia - kerangka kerja multilateral.
Mereka juga menilai permintaan Amerika Serikat untuk menyeimbangkan perdagangan secara bilateral tidak masuk akal secara ekonomi, karena defisit dan surplus perdagangan hanya dapat dianalisis dalam konteks global.
Seorang pejabat senior Kementerian Keuangan Jepang mengatakan ketidakpastian masih tetap bergantung pada seberapa cepat bank sentra Amerika serikat, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga. Namun, sambung ida, tanda tanya terbesarnya adalah terkait kemungkinan pengurangan pajak yang bisa memicu ekonomi Amerika Serikat yang sudah pulih.
Trump telah mengusulkan pemotongan tarif pajak penghasilan dan menawarkan bisnis multinasional keringanan pajak yang tajam atas keuntungan dari luar negeri yang dibawa pulang. Namun, dia mendorong sebuah proposal kontroversial terkait pajak ‘penyesuaian perbatasan’ (border-adjustment)untuk impor sebagai cara untuk mengimbangi kerugian pendapatan akibat pemotongan pajak.
Rencana reformasi pajak itu juga dipertanyakan oleh beberapa pejabat Eropa. “Saya tidak begitu yakin bahwa dengan ekonomi yang sudah bekerja penuh dan bekerja dengan kecepatan penuh, stimulus fiskal akan berdampak signifikan,” kata Komisioner Ekonomi dan Keuangan Eropa Pierre Moscovici kepada wartawan.
“[Tapi] kami menghindari beberapa diskusi yang akan lebih merusak, seperti pajak penyesuaian perbatasan, yang tidak lagi ada di meja saat ini," ujarnya.