Bisnis.com, JAKARTA — Populasi badak jawa (rhinoceros sondaicus) yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon terancam punah akibat perburuan liar dan bencana alam.
Laporan terbaru jurnal konservasi dunia ‘Conservation Letter’ menunjukkan sebagian populasi satwa tersebut berada dalam jangkauan Gunung Berapi Krakatau dan dekat dengan Cekungan Sunda. Lokasi ini merupakan daerah konvergen lempengan tektonik yang berpotensi menyebabkan gempa bumi, dan dapat memicu terjadinya tsunami.
Dalam studi ini, para peneliti membuktikan jumlah populasi pada 2013 yang berjumlah 62 individu ini merupakan populasi yang padat dalam satu habitat. Diproyeksikan jika terjadi bencana tsunami setinggi 10 meter, atau sekitar 33 kaki dalam 100 tahun ke depan dapat mengancam 80% area kawasan taman nasional. Padahal kawasan ini merupakan habitat dengan kepadatan populasi badak jawa tertinggi. Oleh karena itu, peneliti mendesak untuk segera melakukan pembangunan habitat baru bagi populasi Badak Jawa yang aman dari kawasan rawan bencana alam.
Brian Gerber, salah satu anggota tim penulis dari Colorado State University, mengatakan hasil penelitian menunjukkan perlu adanya populasi baru badak untuk melindungi spesies ini.
“Badak Jawa adalah mamalia darat yang paling terancam di dunia,” jelasnya, Jumat (12/5/2017).
Studi ini menyajikan analisis terperinci mengenai populasi Badak Jawa, dengan menggunakan metode kamera jebak. Pada tahun 2013, para peneliti memperoleh 1.660 foto badak yang direkam dari 178 lokasi kamera jebak yang dipasang untuk mendapatkan perkiraan jumlah populasi, yaitu 62 individu.
Peneliti menekankan pentingnya agar segera mengambil tindakan yang dapat membantu meningkatkan populasi badak Jawa di TNUK, meningkatkan daya tahan hidup bagi sebagian populasi jika terjadi bencana alam. Hal ini meliputi penjagaan dan perlindungan ketat bagi badak yang tersisa, monitoring, dan meningkatkan pengelolaan habitat termasuk mengendalikan pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia), yang memenuhi kawasan dan menghambat pertumbuhan tanaman pakan badak.
Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, mengatakan pembentukan habitat baru dapat dilakukan dengan mengidentifikasi lokasi dan mengamankannya, memastikan kesepakatan dengan beberapa pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan masyarakat lokal, dan pemantauan yang intensif di Taman Nasional Ujung Kulon untuk memilih individu Badak Jawa yang tepat untuk segera dipindahkan.
“Studi ini menjadikan momentum yang baik untuk segera menyelamatkan badak Jawa, kita berpacu dengan waktu,” ujarnya.