Bisnis.com, JAKARTA— Menjadi setara dengan kaum laki-laki adalah impian terbesar perempuan. Lewat perayaan di setiap tahunnya, para perempuan selalu menyuarakan kesetaraan ini, terutama dalam hal pekerjaan.
Sosok Fariana Dewi Djakaria rupanya telah membuktikan kesetaraan tersebut. Status perempuan, tak mengahalanginya menggapai mimpi menjadi pilot helikopter pertama di TNI Angkatan Udara Indonesia.
Setelah menjadi pilot, Fariana kini menjadi instruktur dalam sebuah sekolah penerbangan. “Sekarang saya sudah tidak menjadi pilot lagi, saya menjalankan pendidikan untuk jenjang karier. Mau naik pangkat TNI AU harus ada sekolah dulu,” katanya.
Menurut Fariana, khusus di TNI AU perbandingan antara pilot perempuan dan laki-laki itu masih satu berbanding seribu. Untuk itu menurutnya, perempuan yang hebat justru harus profesional di bidangnya. Jangan hanya menyuarakan emansipasi tapi juga harus memiliki kualitas.
Menurutnya, perempuan yang hebat justru harus profesional di bidangnya. Jangan hanya menyuarakan emansipasi tapi juga harus memiliki kualitas.
Bagi Fariana, saat ini di lapangan pekerjaan, perempuan telah mendapatkan kebebasan. Perempuan pun harus membuktikan kualitas yang tak kalah dari laki-laki. Terlebih pada pekerjaan yang memang didominasi laki-laki, seperti pilot.
Fariana tak setuju dengan anggapan bahwa perempuan kurang kompeten dibanding laki-laki. Menurutnya, baik laki-laki maupun perempuan sudah memiliki kesempatan yang sama.
Baca Juga
Hanya saja di TNI memang masih didominasi oleh laki-laki. “Tapi kesempatannya sama, tesnya juga sama. Jadi kalau tidak memenuhi syarat ya tidak bisa, karena itu akan membahayakan dirinya sendiri,” jelasnya.
Memilih pekerjaan menantang memang bukan hal mudah bagi kapten berusia 35 tahun ini. Hal itu mengingat dirinya tak pernah jauh dari keluarga dan tiba-tiba ingin berprofesi sebagai prajurit TNI. Namun, dukungan keluarga dan keyakinan kuat dalam diri membuatnya bisa membuktikan hal tersebut.
“Pesan Ibu jangan berhenti di tengah jalan,” tuturnya.
Saat diberi kesempatan menjadi pilot, menurut Fariana hal itu tak ubahnya mukjizat sekaligus rezeki setelah proses seleksi yang ketat dan sulit. “Sulitnya di angkatan udara, latihan yang kita lakukan lebih banyak,” katanya.