Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KARTINI MASA KINI: Susi Pudjiastuti dan Peran Nenek

Cerita tentang Susi Pudjiastuti (53), Menteri Kelautan & Perikanan, yang pemberani dan tidak kenal kompromi dalam memerangi pencurian ikan di laut Indonesia sudah begitu melegenda. Ratusan kapal milik nelayan asing telah ditenggelamkan, tak sedikit negara mengajukan nota protes, tapi dia setegar batu karang.
Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan & Perikanan RI
Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan & Perikanan RI

Cerita tentang Susi Pudjiastuti (53), Menteri Kelautan & Perikanan, yang pemberani dan tidak kenal kompromi dalam memerangi pencurian ikan di laut Indonesia sudah begitu melegenda.

Ratusan kapal milik nelayan asing telah ditenggelamkan, tak sedikit negara mengajukan nota protes, tapi dia setegar batu karang.

Sejak diangkat sebagai menteri, semua orang tahu perempuan ini drop out dari SMA, tetapi Universitas Diponegoro Semarang mengakui keilmuannya dengan menganugerahkan gelar doktor honoris causa.

Sepak terjangnya begitu populer kendati mendapatkan perlawanan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan karena sebelumnya leluasa mengeruk kekayaan laut Indonesia.

Namun, di balik semua itu, Susi adalah seorang ibu dan nenek bagi cucunya. Dia begitu dekat dengan Armand, cucu lelakinya yang kini berusia 11 tahun, yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar.

Setidaknya ini tampak saat dalam beberapa kesempatan saat Susi melakukan kunjungan kerja di Jepang, pekan lalu.

 

KARTINI MASA KINI: Susi Pudjiastuti dan Peran Nenek

 

Di sela-sela jadwal bertemu menteri Jepang, kunjungan ke perusahaan pengelolaan ikan, hingga pelelangan ikan, Susi menyempatkan diri bertemu Armand. Biasanya, Armand menyusul saat jeda makan atau coffe break.

Di situ Susi menyiapkan makan untuk armand, memotong roti, hingga memilihkan minuman. Saat Armand memesan burger, Susi memungut potongan tomat dan bawang bombay yang tidak disukai sang cucu.

Di lain waktu Susi juga tampak begitu dekat dengan putra bungsunya Alfi, yang kini duduk di kelas 2 SMA. Alfi sempat meyebut maminya cerewet tetapi sangat baik hati.

Susi mengakui kehilangan banyak waktu pribadinya setelah menjadi menteri. Dia kehilangan waktu minimal 45 menit sehari untuk mandi, dandan, pakai sepatu dan menata rambut. Hal ini jarang dilakukan sebelumnya.

"Tahu sendiri kan wartawan ada di mana-mana," tuturnya sambil tergelak, di depan diaspora Indonesia yang bermukim di Jepang, Rabu malam (12/4).

Sejak jadi menteri, dia juga masih kesulitan untuk menjaga image. "Jaim bisa, tetapi sebentar. Tapi kalau kaki gatel, masak harus tahan digaruk?"

Di lain waktu, Susi juga menjelma sebagai perempuan umumnya yang menyukai belanja dan tampil cantik.

Hal itu terlihat, dalam jeda antar kunjungan yang padat, dia masih menyempatkan diri belanja di kawasan Ginza, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Tokyo.

 

KARTINI MASA KINI: Susi Pudjiastuti dan Peran Nenek

Susi Pudjiastuti saat bersama sang cucu Armand (kiri) dan putra bungsunya Alfi (kanan).


Susi Pudjiastuti mengaku, salah wanita yang menginspirasinya selama ini adalah Kartini.

"Tentang Kartini, kalau baca surat-suratnya itu, terlihat bagaimana kecerdasannya. Apa yang dia bicarakan, pemikiran yang jauh sangat perspektif dan variatif. Tapi dia juga tidak menghilangkan budaya dan kearifan lokal yang ada", ungkap Menteri Susi dalam sebuah temu wicara di Jakarta, Kamis (20/4/2017).

KESETARAAN GENDER

Susi pun memiliki prinsipnya sendiri untuk bisa sukses menjadi Kartini masa kini. Kuncinya adalah, tidak perlu ragu dengan kemampuan diri sendiri.

"Saya tidak pernah membedakan diri saya dengan para pria. Dengan merasa setara maka saya yakin bisa melakukan juga apa yang pria lakukan," lanjutnya.

KARTINI MASA KINI: Susi Pudjiastuti dan Peran Nenek

Dia menilai, peran wanita yang inspiratif saat ini sangat dibutuhkan. "Peran wanita saat ini tentunya sangat dibutuhkan. Kalau tidak di depan sebagai planner, atau sebagai organizer", tuturnya.

Susi pun berpesan kepada seluruh masyarakat, khususnya wanita Indonesia untuk tidak mempermasalahkan gender dan harus berkreasi semaksimal mungkin.

"Setop mempermasalahkan gender. Kerja, bergerak, berkarir, berprestasi tanpa berpikir 'Oh saya perempuan, oh saya tidak boleh ini.. oh saya tidak boleh itu.., oh saya harus diistimewakan. Jangan berpikir gender itu persoalan!", tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hery Trianto
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper